Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Emiten produsen nikel siap mengerek produksi pada tahun ini. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) misalnya, membidik produksi 80.000 ton, naik sedikit dibanding pencapaiannya tahun lalu.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tak mau kalah. BUMN ini siap tancap gas, dengan menargetkan pertumbuhan produksi hingga 30% menjadi 24.100 ton di 2017.
Direktur INCO Nico Kanter menyebutkan, produksi nikel tahun lalu hanya 97% atau 77.581 ton dari target 80.000 ton. Maklum, produksi selama kuartal IV-2016 di bawah target. Tahun ini kami menargetkan produksi 80.000 ton, katanya pekan lalu.
Hasil berbeda diraih ANTM. Emiten pelat merah ini mencatatkan rekor produksi nikel pada 2016. Sepanjang tahun lalu, produksi nikel mereka tumbuh 18% menjadi 20.293 ton. ANTM menyatakan, realisasi ini merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah mereka. Selain produksi, penjualan nikel ANTM juga menorehkan rekor, yaitu naik 12% menjadi 20.888 ton. Tahun ini ANTM menargetkan volume produksi nikel tumbuh 19% menjadi 24.100 ton.
Adolf Sutrisno, Analis Panin Sekuritas, memperkirakan, kinerja INCO tahun ini membaik. Pendukungnya: sentimen positif perbaikan data ekonomi China, penurunan pasokan nikel global yang bisa mengerek harga komoditas ini, serta program infrastruktur Amerika Serikat yang mendorong permintaan nikel.
Selain itu, Meski harga minyak dunia menguat, kami optimistis INCO akan melanjutkan program efisiensi biaya produksi dan meningkatkan volume penjualan pada 2017. Sehingga, margin laba bersih membaik di level 7%9%, kata Adolf dalam risetnya.
Menurut Adolf, kebijakan pemerintah yang membuka kembali keran ekspor bijih nikel kadar rendah akan meningkatkan pasokan nikel dunia. Tapi, efek kebijakan itu tidak terlalu signifikan terhadap harga nikel global. Sebab, Pemerintah China justru mengurangi kelebihan kapasitas peleburan baja di negara mereka. Ia merekomendasikan buy sahamINCO, dengan target Rp 3.400 per saham.
Sharlita Malik, Analis Samuel Sekuritas Indonesia, memprediksikan, kebijakan pembukaan ekspor bijih nikel bakal mengerek kinerja ANTM tahun ini. Apalagi, perluasan pabrik feronikel Haltim akan tuntas sehingga mengerek produksi nikel ANTM.
Beroperasinya pabrik tersebut akan menambah kapasitas produksi ANTM sekitar 13.000 ton, ujar Sharlita. Dia pun merekomendasikan buy ANTM, dengan target harga Rp 1.250 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News