Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 20-21 Februari 2024 memutuskan mempertahankan suku bunga acuan tetap pada level 6%.
Keputusan tersebut telah diantisipasi para pelaku pasar sebelumnya, dan kini perhatian investor beralih ke Federal Open Market Committee (FOMC) minutes.
Menurut Liza Camelia Suryanata, Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia, keputusan BI untuk mempertahankan BI rate sesuai dengan ekspektasi, mengingat BI akan menunggu langkah dari The Fed.
Baca Juga: Ekspansi Mal dan Hotel Berlanjut, Analis Rekomendasi Buy Saham PWON
Menurut hasil polling, bank sentral Amerika Serikat (AS) diperkirakan baru akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Juni 2024.
Sarkia Adelia Lukman, Research Associate Panin Sekuritas, menambahkan bahwa berbagai rilis data indikator ekonomi AS dapat mempengaruhi keputusan The Fed untuk tidak menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Dengan demikian, keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan diharapkan dapat menjaga stabilitas makroekonomi, meskipun dampak era suku bunga tinggi masih terasa.
Baca Juga: The Fed Tahan Suku Bunga Acuan, Analis Rekomendasi Sejumlah Saham Ini
Meskipun demikian, Liza tetap optimis bahwa pasar saham akan tetap berada dalam tren bullish. Optimismenya didukung oleh arus masuk dana dari investor asing yang masih kuat, terutama setelah hasil hitung cepat pemilu.
IHSG diprediksi akan bergerak dalam rentang support 7.274 dan resistance di 7.400. Menurut prediksinya, secara bertahap IHSG memiliki peluang untuk mencapai level 7.400 sebelum menuju ke target berikutnya di kisaran 7.600-7.700.
Ratih Mustikoningsih, Financial Expert Ajaib Sekuritas, menyatakan bahwa di tengah tingginya suku bunga dan depresiasi nilai tukar rupiah, saham sektor konsumsi serta tambang dan logam mineral berbasis ekspor masih layak untuk diperhatikan.
Sarkia juga melihat saham di sektor keuangan, khususnya perbankan, masih menarik. Namun, saham di sektor teknologi cenderung terpapar oleh sentimen negatif karena biaya pinjaman yang tinggi.
Di sisi lain, Nurwachidah, Research Analyst Phintraco Sekuritas, menyarankan investor untuk mulai mengantisipasi penurunan suku bunga acuan.
Baca Juga: The Fed Berpeluang Turunkan Suku Bunga pada 2024, Simak Saham Pilihan Analis
Hal ini dapat mempengaruhi saham di sektor yang sensitif terhadap perubahan suku bunga, seperti properti dan keuangan.
Menurutnya, investor dapat membeli secara bertahap saham properti seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON).
Selain itu, dia merekomendasikan saham perbankan seperti BBCA, Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) karena adanya potensi positif terkait pembagian dividen.
Baca Juga: Masih Ada Tantangan Suku Bunga, Ini Rekomendasi Saham Properti
Sarkia merekomendasikan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR), sementara Ratih menyarankan untuk membeli saham SIDO, MIDI, dan ADMR. Target resistance untuk masing-masing saham tersebut adalah Rp 630, Rp 456, dan Rp 1.530 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News