kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Antisipasi FOMC tahan laju gas alam


Selasa, 17 Juni 2014 / 17:23 WIB
Antisipasi FOMC tahan laju gas alam
ILUSTRASI. Promo JSM Superindo 20-22 Januari 2023.


Reporter: Dina Farisah, Yuliani Maimuntarsih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga gas alam mengalami kenaikan terbesar dalam enam minggu terakhir. Cuaca panas yang melanda Amerika Serikat (AS) membuat permintaan gas alam meningkat di tengah cadangan yang menipis. Namun menjelang FOMC meeting pada 18-19 Juni mendatang, kenaikan gas alam mulai tertahan.

Mengutip data Bloomberg, Selasa (17/6) pukul 14.30, kontrak gas alam pengiriman Juli 2014 turun 0,23% dibanding hari sebelumnya menjadi US$ 4,696 per MMBtu. Meski demikian, harga gas alam naik 3,6% dalam sepekan terakhir. Sementara dari akhir tahun, gas alam menorehkan kenaikan 13,2%.

Berdasarkan laporan Energy Information Administration (EIA), data persediaan gas alam pekan lalu (11/6) turun menjadi 107 MMBtu. Penurunan ini sebenarnya lebih rendah dibandingkan penurunan stok pekan sebelumnya sebesar 119 MMBtu. Bahkan rilis persediaan gas pekan lalu juga lebih rendah dari ekspektasi para analis sebesar 111 MMBtu.

Analis Komoditas dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka, Ibrahim, mengatakan, penurunan harga gas alam pada Selasa (17/6) dipengaruhi oleh menurunnya tensi ketegangan di Irak. Saat ini, pemberontakan sipil di Irak belum mengganggu distribusi minyak dan gas. Selain itu, pelaku pasar juga mewaspadai FOMC meeting yang akan berlangsung pada 18 Juni-19 Juni mendatang.

“Kemungkinan besar, Bank Sentral AS akan mengurangi stimulus moneter dan menaikkan tingkat suku bunga. Kondisi ini akan memperkokoh dollar AS dan menggerus harga komoditas, termasuk gas alam,” jelas Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×