Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (Antam) memutuskan untuk menurunkan target produksi batubara tahun 2014 lantaran harga jual yang masih buruk dan beberapa faktor lainnya. Tedy Badrujaman, Direktur Operasi Antam mengatakan, awalnya, perusahaan membidik target produksi batubara sebanyak 1 juta ton di tahun ini.
Namun, melihat pada pencapaian di semester I, target produksi tersebut kemungkinan besar tidak akan tercapai. "Sampai semester I masih rendah, produksi sampai akhir tahun diprediksi mungkin sekitar 700.000 ton," kata Tedy di Jakarta, belum lama ini.
Berdasarkan laporan kuartalan Antam yang dirilis belum lama ini, produksi batubara sepanjang semester I 2014 memang baru mencapai 214.356 ton. Jumlah tersebut naik 10,04% dibandingkan produksi batubara Antam di periode sama tahun lalu yang tercatat 194.793 ton.
Tedy bilang, masih rendahnya produksi batubara disebabkan oleh harga jual batubara yang belum pulih. Ini memang rintangan terbesar yang dihadapi produsen batubara sejak pertengahan tahun 2012 silam.
Di sisi lain, Antam memang belum terlalu berharap banyak meraih kontribusi signifikan dari bisnis batubara. Di semester I 2014, Antam hanya meraih kontribusi senilai Rp 73 miliar dari hasil penjualan 261.254 ton batubara yang dilakukan anak usahanya, PT Indonesia Coal Resources (ICR).
Namun, Tedy bilang, emiten berkode saham ANTM ini akan terus mengembangkan bisnis batubara baik untuk menutupi kebutuhan bahan bakar internal maupun dijual ke pihak eksternal.
Per tahun, Antam membutuhkan sekitar 200.000-240.000 ton batubara per tahun untuk kebutuhan bahan bakar di beberapa proyeknya. "Ini bisa naik dua kali lipat jika proyek Pomalaa maupun Halmahera Timur sudah beroperasi," terang Tedy.
Untuk itu, Antam kembali membuka opsi untuk mengakuisisi tambang batubara lagi. Saat ini, Antam memang baru memiliki satu tambang batubara di Sarolangun, Jambi yang baru diakuisisi pada Januari 2011 senilai Rp 92,5 miliar.
Tambang Sarolangun memiliki cadangan batubara sebanyak 8,25 juta ton. Dari sisi kualitas, batubara tambang Sarolangun memiliki kalori rata-rata sekitar 5.300 hingga 5.500 kilo calorie per kilogram (kcal/kg).
Sayangnya, Tedy enggan membeberkan lebih detail mengenai kualifikasi tambang yang sedang diincar perusahaan maupun target waktu untuk mengakusisi. "Kalau ada yang menarik pasti kita akan ambil," klaim Tedy.
Meski kontribusinya belum besar, batubara, bersama dengan emas dan feronikel, menjadi harapan Antam untuk mengkompensasi terhentinya penjualan bijih nikel dan bauksit akibat larangan dari pemerintah.
Sayangnya, kontribusi penjualan emas dan feronikel ternyata masih jauh dari harapan. Di Januari-Juni 2014, Antam menjual 3.926 kilogram (kg) atau 126.224 oz emas, turun 29% dibandingkan periode sama 2013 yang 5.493 kg setara 176.604 oz.
Hal itu diperburuk oleh turunnya harga jual emas sebesar 20% year-on-year (yoY0 menjadi US$ 1.319,72 per oz. Imbasnya, kontribusi penjualan emas terhadap konsolidasi Antam turun 31% yoy menjadi Rp 1,95 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News