kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Anjlok sepanjang 2019, harga batubara diprediksi menguat tahun ini


Kamis, 02 Januari 2020 / 20:38 WIB
Anjlok sepanjang 2019, harga batubara diprediksi menguat tahun ini


Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada penutupan akhir tahun 2019, harga batubara melemah. Meski sempat mencatatkan harga tertinggi pada 30 Januari mencapai US$ 97,85 per metrik ton, harga batubara ditutup menurun year to date (ytd) sepanjang 2019.

Pada 31 Desember 2019, harga batubara berjangka ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 67,70 per metrik ton atau turun 27,86% ytd dari US$ 93,85 per metrik ton.

Harga batubara melorot hingga hampir 30% semenjak Januari hingga Desember setelah harga bergerak landai di akhir tahun. Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, harga batubara anjlok disebabkan oleh perang dagang.

Baca Juga: Prospek masih positif, pelaku industri pelayaran berencana beli kapal baru

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China berdampak signifikan kepada harga batubara. Pasca perang dagang harga komoditas berguguran serta pertumbuhan ekonomi melambat.

Namun menurut Ibrahim, harga batubara diproyeksikan dapat meningkat untuk tahun depan. “Investor yakin jika fase pertama (perjanjian) ditandatangani maka fase kedua juga. Setelah perang dagang pengatrolan batubara akan masif,” kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Kamis (2/1).

Baca Juga: Volume penjualan naik, tapi harga jual Bumi Resources (BUMI) turun

Selain optimisme selesainya perang dagang, harga batubara juga akan didongkrak oleh kebutuhan domestik. “Kebutuhan batubara dalam negeri masih cukup besar. Kemungkinan PLN juga akan melakukan akuisisi terhadap perusahaan batubara,” tambah Ibrahim.

Ibrahim memproyeksikan dengan adanya titik terang perang dagang serta dorongan domestik, harga batubara dapat menyentuh level tertinggi di US$ 80 per metrik ton pada tahun ini. “Itu kemungkinan besarnya,” tandas Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×