Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja operasional PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih terjaga. Namun, masih lemahnya harga batubara global membuat rata-rata harga jual emiten Grup Bakrie ini tertekan.
"Volume penjualan sepanjang 2019 diperkirakan 88 juta ton," ujar Dileep Srivastava, Direktur BUMI kepada Kontan.co.id, Kamis (2/1). Angka ini naik sekitar 10% dibanding realisasi volume penjualan sepanjang 2018 yang mencapai 80,6 juta ton.
Perkiraan itu berdasarkan pencapaian kinerja operasional November 2019. Pada periode ini, BUMI mencatat volume penjualan 8,6 juta ton. Rinciannya, penjualan dari Arutmin sebesar 3,1 juta ton dan Kaltim Prima Coal (KPC) 5,5 juta ton.
Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) Mengajukan Perpanjangan Kontrak
Dileep menambahkan, volume penjualan Desember diperkirakan menyamai volume November 2019. Sehingga, akumulasi penjualan sepanjang kuartal keempat tahun lalu sebesar 25 juta ton.
Namun, performa harga batubara tak sebaik volume penjualannya. Hal ini tercermin dari rata-rata harga jual Arutmin dan KPC masing-masing US$ 40 per ton dan US$ 50 per ton.
Sehingga, rata-rata harga jual batubara BUMI sepanjang kuartal keempat 2019 diperkirakan sekitar US$ 47 per ton. Ini berasal dari rata-rata harga jual batubara Arutmin US$ 41 per ton dan KPC US$ 53 per ton.
Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) membuka peluang perluas pasar ekspor
Mengacu pada hal tersebut, akumulasi rata-rata harga jual batubara BUMI sepanjang 2019 sekitar US$ 52 per ton. Nilai ini turun sekitar 12% dibanding realisasi rata-rata harga sepanjang 2018, US$ 59,2 per ton.
Meski begitu, biaya produksi tambang atawa cash cost BUMI masih tetap terjaga. Cash cost hingga akhir 2019 paling tinggi diperkirakan US$ 34 per ton, sedikit lebih rendah dibanding 2018, US$ 35 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News