Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Fundamental emiten sektor menara telekomunikasi bisa merosot. Maklum, kompetisi bisnis penyedia tower yang ketat mengharuskan pemain bisnis ini membanderol tarif murah.
PT XL Axiata Tbk (EXCL), misalnya, meminta potongan harga sewa 15% kepada penyedia tower. Bagi perusahaan penyedia menara, seperti PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), kondisi ini tak menguntungkan.
Kepala Riset Bahana Securities Harry Su memprediksi, langkah EXCL bisa diikuti operator lain, termasuk PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebagai penyewa terbesar. "Kemungkinan harga sewa akan turun dan mengurangi pendapatan emiten menara," ujar dia, Senin (4/3).
Maka itu, TOWR kemungkinan akan menggenjot pendapatan dengan cara menambah jumlah menara. Sampai kuartal IV/2012, TOWR berhasil menambah 875 menara baru. Jadi, jumlah menara TOWR naik 37,5% menjadi 14.849 menara di tahun lalu. Harry yakin, TOWR makin agresif menambah menara di tahun ini. Jadi, meskipun harga sewa turun dan margin turun, perolehan laba bersih bisa tetap tinggi.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada pun yakin, emiten penyedia menara mampu mengimbangi penurunan harga sewa dengan meningkatkan volume sewa. Reza menyebut, rasio kolokasi atau penyewaan TOWR di 2012, trennya meningkat. Yakni dari 1,63 kali di 2011 menjadi 1,75 kali pada tahun lalu. "Tahun ini, tren permintaan sewa masih naik," ujar dia.
Reza memperkirakan, negosiasi penurunan sewa hanya menjadi sentimen negatif sesaat. Tapi, dalam jangka panjang emiten menara masih diuntungkan dari rencana divestasi menara oleh operator telekomunikasi.
Pada tahun ini, Reza memproyeksi, TOWR dapat menambah jumlah menara dengan biaya lebih rendah. "Ini menguntungkan bagi emiten menara karena menghemat pengeluaran," ujar dia.
Harga saham mahal
Sepanjang 2012, pendapatan TOWR tumbuh 37,2% menjadi Rp 2,26 triliun. Perolehan tersebut melebihi ekspektasi analis Bahana Securities, Aditya Eka Prakasa dalam risetnya, 28 Februari lalu, yang sebesar Rp 2,1 triliun.
Namun, realisasi laba bersih TOWR hanya memenuhi 97,5% dari prediksi Aditya senilai Rp 354,65 miliar. Laba bersih TOWR di tahun lalu naik 22% menjadi Rp 346 miliar. Laba bersih TOWR itu hanya memenuhi 69,9% dari konsensus analis Bloomberg.
Tahun ini, pendapatan dan laba bersih TOWR diproyeksi masih akan tumbuh.
Meski pertumbuhan kinerja TOWR cukup menarik, tapi menurut Harry, harga saham TOWR sudah 7% di atas harga wajar. Karena itu, Harry merekomendasikan hold saham TOWR dengan target harga di Rp 29.500. Itu mencerminkan price earning ratio (PER) sebesar 33 kali.
Reza juga menganggap harga TOWR mahal. Potensi kenaikan harga TOWR makin tipis tipis. Dus, Reza menyarankan tahan dengan target harga Rp 27.500 per saham.
Sedangkan, Parningotan Julio, analis Batavia Prosperindo menilai, harga saham TOWR akan menurun ke level Rp 26.100. Jadi, ia menyarankan jual saham TOWR.
Kemarin, harga saham TOWR tak bergerak dari level Rp 26.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News