Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pergerakan harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) masih akan menemui tantangan dari angka permintaan China. Laju perekonomian di Negeri Panda dapat membuat permintaan CPO tertekan.
Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Trade Point Futures melihat, sentimen dari China dapat menjadi tantangan bagi pergerakan harga CPO ke depan. Perlambatan ekonomi membuat konsumsi CPO China ikut melemah. Pada bulan Januari lalu, ekspor CPO Indonesia ke China anjlok hingga 56,4% dari bulan sebelumnya.
China sebenarnya sudah mulai menunjukkan perbaikan. Data manufaktur bulan Maret lalu naik untuk pertama kali dalam sembilan bulan. Lalu data Consumer Price Index mampu bertahan di level 2,3% sementara Producer Price Index membaik ke angka minus 4,3% dari sebelumnya minus 4,9%.
Tetapi, menurut Deddy angka tersebut belum cukup untuk menjamin perbaikan ekonomi China ke depannya. "Tantangan lain datang dari India yang kabarnya akan mulai mengembangkan industri kelapa sawit sendiri," lanjutnya.
Di samping itu, pembelian CPO India kemungkinan turun untuk pertama kali sejak Desember karena rally harga hingga ke level tertinggi dua tahun menggoyahkan angka pembelian.
Menurut estimasi lima prosesor, pedagang dan analis yang disurvei Bloomberg, impor CPO India bulan Maret turun 4,7% menjadi 650.000 ton dibanding bulan sebelumnya. Sementara Solvent Extractors’ Association of India merilis total pembelian minyak sayur yang naik menjadi 1,1 juta ton.
Cadangan minyak nabati di India juga sudah mendekati level tertinggi setelah para pedagang meningkatkan impor di tengah kekhawatiran cuaca kering akan mengurangi panen biji penghasil minyak di India.
Mengutip Bloomberg, Senin (11/4) pukul 16.31 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Juni 2016 di Malaysia Derivative Exchange tergerus 0,33% ke level RM 2.671 atau US$ 687 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, CPO terkikis 3,57%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News