Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sebagian emiten dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) telah merilis laporan keuangan. Ada sektor tertentu yang memiliki kinerja cukup baik, namun ada pula yang masih memerah, lantaran pertumbuhan rerata bottom line-nya yang masih minus.
Sektor perkebunan misalnya. Meredanya efek El Nino membuat kinerja mereka kembali menggeliat. Pertumbuhan laba bersih sektor ini hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan pertumbuhan semester 1 tahun 2016. "Kami melihat dari komoditasnya yang menguat setelah bulan Juni ke Juli," kata Kevin Juido Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas kepada KONTAN.
Kenaikan harga komoditas tersebut membuat emiten ini cukup terdongkrak saat merilis kinerja sampai dengan semester 1. Bila mencermati kinerja emiten, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mencatatkan bottom line yang lebih baik dari kinerja periode yang sama tahun sebelumnya. Rata-rata emiten berbasis CPO tersebut mengalami kenaikan laba bersih. "Jadi saya pikir ini adalah momentum dimana agri akan naik dan mengalami tren bullish," imbuhnya.
Kevin mencermati, saham-saham AALI dan LSIP memiliki tren pergerakan saham yang merangkak naik. Dia merekomendasikan buy kedua emiten itu, dengan target harga masing-masing 17.000 dan 1.700 pada semester kedua. "Potensi harga CPO untuk akhir tahun 2017 yaitu US$ 790 per ton," kata dia.
Kevin menyatakan, sampai dengan akhir tahun nanti saham komoditas ini masih menarik. Sektor ini, diprediksi akan menyusul sektor finansial dan pertambangan yang sudah mengalami kenaikan pada semester 1. Dia memprediksi, ketiga sektor tersebut akan mengalami akumulasi pada semester 2.
"Harga saham agrikultur masih ada di bawah, saya pikir masih ada potensi untuk akumulasi ambil saham agri, karena dipengaruhi jumlah produksi dan kenaikan harga," kata dia.
Kendati demikian, Riska Afriani analis OSO Sekuritas menyatakan, meski saham berbasis komoditas tersebut naik pada semester 1, namun perbandingan pertumbuhan secara kuartal per kuartal (QoQ) dari Q2 dengan Q1 tidak begitu tinggi. Bahkan beberapa mengalami tren penurunan. "Kinerja kuartal 2 ada penurunan, karena pada kuartal 1 pertumbuhannya cukup signifikan," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News