kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Terlepas dari perhitungan PER, IHSG masih menarik


Rabu, 02 Oktober 2019 / 05:50 WIB
Analis: Terlepas dari perhitungan PER, IHSG masih menarik


Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati price to earning ratio (PER) IHSG lebih tinggi ketimbang PER indeks negara tetangga, analis menyebut IHSG masih menarik. Berdasarkan data, PER IHSG saat ini berada di angka 19,43x dimana angka ini lebih tinggi ketimbang PER index STI dan Malaysia. Namun bukan berarti karena PER yang cukup tinggi ini menyebabkan IHSG kehilangan daya tariknya. 

Analis Bina Artha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji menjelaskan pada prinsipnya PER di bawah 20 masih tergolong normal. Oleh sebab itu, Nafan menilai IHSG masih memiliki daya tarik. Harga IHSG pun menurut Nafan belum dapat dikatakan mahal pasalnya, pergerakan IHSG masih cenderung konsolidasi yang menyebabkan posisi IHSG belum mahal.

Baca Juga: IHSG Hari Ini Melanjutkan Pelemahan Ke Posisi 6.138,25

Jika membandingkan sisi return on equity dan pertumbuhan earning, analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksono juga menilai IHSG masih menarik pasalnya, menurut Herditya pertumbuhan IHSG masih lebih tinggi ketimbang pertumbuhan Indeks STI.

“Kami perhatikan prospek IHSG masih menarik, karena kalau kita bandingkan dari sisi return on equity-nya, pertumbuhan IHSG masih lebih tinggi dibanding yang lain," papar Herditya yang akrab disapa Didit ini, Selasa (1/10).

"Juga kita lihat dari pertumbuhan earning-nya, kalau IHSG di tahun 2019 ini pertumbuhannya 3,93%, terbalik dengan STI yang pertumbuhan di 2019 malah minus 8,9%. Dari hal-hal tersebut, kami dari MNC masih melihat prospek yang menarik ke depannya dari IHSG,” jelas dia.

Sementara menurut Nafan, setiap negara pasti memiliki sisi positif dan negatif masing-masing. Tiap-tiap negara juga memiliki ketertarikan yang berbeda untuk investasi maupun trading. Sehingga tingkat PER tidak menjadi jaminan mutlak yang menentukan sebuah negara lebih atau kurang menarik bagi investasi.

Baca Juga: Analis: Sentimen politik dalam negeri masih mewarnai pergerakan IHSG

Hal yang lebih perlu dicermati menurut Nafan adalah stabilitas fundamental ekonomi di negara tersebut karena akan berkaitan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan. 

Indonesia sendiri menurut Nafan, masih menarik pasalnya dilihat dari kinerja tahunan emiten masih menunjukkan tren yang positif hal ini tercermin dari animo transaksi saham yang terjadi di bursa saham Indonesia.

Walaupun tidak dapat dipungkiri, beberapa pekan terakhir transaksi asing di bursa kerap kali didominasi aksi jual oleh asing. Menurut Didit, keadaan yang belum kondusif memang cenderung membuat investor memilih instrumen lain yakni obligasi karena cenderung dinilai lebih aman ketimbang pasar saham.

Baca Juga: Permendag rilis aturan baru waralaba, begini tanggapan Fast Food Indonesia (FAST)

Sementara Nafan melihat hal ini terjadi karena beberapa alasan. “Sementara (aksi jual) terpengaruh oleh faktor psikologis investor yang cenderung wait and see. Pasar masih menunggu adanya sentimen positif. Di sisi lain, pasar juga memperhatikan susunan kabinet, kebijakan Jokowi terkait makroekonomi dan didukung oleh pelonggaran moneter oleh BI,” jelasnya.

Hingga akhir tahun nanti Nafan masih optimis IHSG akan mencapai target yang sudah ditentukan yakni di level 6.675. Sentimen window dressing menurut Nafan akan menjadi sentimen yang menggerakkan pasar. Desember menurut prediksi Nafan akan menjadi momentum kembali masuknya investasi ke pasar domestik.

Sementara terkait pindahnya instrumen investasi investor dari saham ke obligasi, Didit menilai tren ini akan berlanjut hingga akhir tahun. Pasalnya jika dinilai, yield obligasi Indonesia saat ini lebih baik ketimbang saham. 

Oleh karena adanya sentimen perang dagang yang menekan pertumbuhan ekonomi global dan didukung oleh aksi pemangkasan target pertumbuhan ekonomi yang dampaknya juga terasa di Indonesia sebagai emerging market membuat MNC Sekuritas pada tahun ini mematok IHSG hanya akan berada di level 6.334 hingga akhir tahun.

Baca Juga: Pasca rilis kinerja semester I 2019, ini rekomendasi saham Aneka Tambang (ANTM)

Foreward PER
Di sisi lain, Head of Research Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menuturkan jika dihitung menggunakan perhitungan PER positif atau kerap disebut forward PER IHSG masih menarik bahkan lebih rendah ketimbang negara tetangga Malaysia.

Perhitungan PER positif sendiri merupakan perhitungan PER yang hanya memasukkan perusahaan–perusahaan yang dapat menghasilkan laba. “Lebih realistis,” tutur Lanjar ketika ditanya kelebihan dari perhitungan PER positif ini. 

Menurut Lanjar, biasanya perhitungan PER di Indeks memperhitungkan seluruh EPS perusahaan dibagi jumlah saham beredar.

Berdasarkan perhitungan PER positif, jika dibandingkan dengan Malaysia dan Eropa, IHSG masih dapat dikategorikan memiliki PER yang murah. IHSG memiliki PER 15,59x sementara Malaysia dan Eropa masing-masing senilai 17,92 x dan 16,85x. 

Dengan perhitungan PER yang positif ini menurut Lanjar terkait transaksi asing yang belakangan melenggang dari bursa Indonesia disebabkan oleh faktor kondisi dalam negeri.

Baca Juga: Sejumlah analis beri lampu kuning saham-saham sektor manufaktur, simak rekomendasinya

Maraknya demo yang kerap kali berakhir ricuh belakangan ini memunculkan kekhawatiran bagi investor. Sehingga meskipun BI sudah berusaha menahan aksi jual dengan kebijakan penurunan suku bunga acuan tidak dapat banyak mendorong naik IHSG karena investor sulit mendapatkan momentum untuk mengakumulasikan portofolionya. 

Hingga akhir tahun ini, Lanjar optimis window dressing akan menggeret normal kembali kinerja indeks. Jika pemerintah pada akhirnya membuat kebijakan yang sesuai dengan kehendak rakyat, Lanjar optimis kinerja IHSG bukan hanya normal namun akan menunjukkan kinerja yang baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×