kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Analis: Tahan dividen, BUMN bisa untuk ekspansi


Kamis, 21 September 2017 / 21:37 WIB
Analis: Tahan dividen, BUMN bisa untuk ekspansi


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Pemerintah menaikkan target penerimaan lewat dividen BUMN. Artinya, ada potensi emiten BUMN akan menaikkan porsi dividen.

Sebelumnya, BUMN hanya menyanggupi setoran dividen BUMN tahun 2018 sebesar Rp 44,7 triliun. Jumlah ini bertambah Rp 3,7 triliun, dibandingkan target dividen BUMN 2017 yang dipatok sebesar Rp 41 triliun.

Riska Afriani, analis OSO Sekuritas menyatakan laba bersih yang diperoleh perusahaan plat merah sebaiknya digunakan untuk ekspansi. Pasalnya, pemegang saham nantinya juga akan bisa menikmati hasil dari ekspansi tersebut di masa mendatang. Artinya, terdapat peluang yang lebih besar.

"Perusahaan yang sudah mature dan minim ekspansi, baru bisa dimaksimalkan pendapatan dividennya," ujar Riska kepada KONTAN di Jakarta, Rabu (20/9) kemarin.

Dia melihat, emiten seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) memiliki kekuatan yang baik. Sehingga, emiten tersebut bisa menghasilkan laba yang besar. Selain itu, dia mencermati penarikan dividen yang besar bisa dilakukan pada perusahaan yang sudah mature. sebab, emiten yang sudah mature akan minim ekspansi.

Namun, bila ada perusahaan BUMN masih merugi, atau mengalami untung yang masih kecil, sebaiknya dialihkan untuk perbaikan, misalnya merestrukturisasi utang. Baru kemudian melakukan ekspansi. "Berat rasanya bila dalam tahap pertumbuhan, ada kewajiban mereka untuk bayar dividen," imbuhnya.

Dia mengamati, kinerja emiten konstruksi yang masih membutuhkan dana besar. Di antaranya seperti WSKT yang mencari dana lewat penjualan ruas jalan tol. Atau JSMR lewat skema sekuritisasi jalan tol.

"Saat ini, marak pembiayaan infrastruktur non-APBN, karena butuh dana besar maka masih mengkhawatirkan. Ini yang membuat saham konstruksi turun," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×