kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Sentimen negatif yang menggelayuti saham Telkom (TLKM) hanya sesaat


Rabu, 24 Juni 2020 / 23:06 WIB
Analis: Sentimen negatif yang menggelayuti saham Telkom (TLKM) hanya sesaat
ILUSTRASI. Jurnalis menyimak pemaparan Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk Ririek Adriansyah saat Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) secara virtual di Jakarta, Jumat (19/6/2020). RUPST Telkom Indonesia menyetujui pembagian dividen sebesar Rp15,26


Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada perdagangan Rabu (24/6), saham PT Telekomunikasi Indonesia  (Persero) Tbk ditutup menguat 1,60% ke Rp 3.180. Sementara, dua hari sebelumnya emiten dengan kode TLKM itu terkoreksi lebih dari 2% secara berturut-turut. 

Pada penutupan Selasa (23/6) TLKM melemah 2,19% ke Rp 3.130. Pada Senin (22/6) TLKM juga terkoreksi hingga 2,44% ke Rp 3.200.  

Padahal emiten plat merah itu belum lama ini mengumumkan akan membagikan dividen hingga Rp 11,2 triliun, setara 60% dari laba bersih 2019. Adapun  setiap saham akan menerima dividen hingga Rp 154,07. 

Baca Juga: Tiphone (TELE) Siapkan Restrukturisasi Usai Gagal Bayar Utang dan Hadapi PKPU

Menanggapi hal ini, Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menjelaskan bahwa koreksi yang dialami oleh TLKM bersifat sementara. Adapun setimen negatifnya yakni PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) yang memiliki risiko gagal bayar bunga dan pokok obligasi. 

Sekadar informasi, TLKM memiliki saham di TELE melalui PT PINS Indonesia. Kepemilikan TLKM di PINS Indonesia mencapai 100%. Sementara, PINS Indonesia menguasai 24% saham TELE. 

Akan tetapi, pengumuman Bursa Efek Indonesia (BEI) awal pekan ini menyatakan perpanjangan penghentian sementara  (suspensi) saham dan obligasi Tiphone Mobile Indonesia lantaran risiko gagal bayar. 

Untuk ke depan, Aria menilai saham TLKM masih memiliki prospek yang baik, sehingga masih bisa dijadikan pilihan saat terjadi pelemahan harga. Menurut Aria, diversifikasi produk dan bisnis TLKM menjadi kekuatan kalau penjualan voucher yang dilakukan melalui Tiphone tidak berjalan lancar. Selain itu, dividend yield TLKM yang mencapai 4,5% menjadi pemanis dalam berinvestasi. 

Berbeda dengan Aria, Analis MNC Sekuritas Victoria Venny mengamati, penguatan TLKM yang siginifikan beberapa waktu lalu yang memicu pelemahan pada dua hari terakhir.  Sehingga penurunan yang dialami TLKM merupakan koreksi sehat.  Sebagai gambaran, pekan lalu saham TLKM memang menguat hingga 8,25% ke Rp 3.280.

Venny juga berpendapat, pelemahan TLKM tidak berkaitan dengan kepemilikan saham di TELE. Operasional TLKM dinilai tidak akan terganggu mengingat masih banyak distributor rekanan lain yang berkembang pesat yang memiliki penjualan pulsa melalui online. Adapun kontribusi Tiphone juga masih mini. 

"Sekitar 3% hingga 4% ke TLKM total revenue," jelas Venny ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (24/6). 

Sekadar informasi, TELE merupakan salah satu distributor handset dan voucher pulsa Telkomsel, anak usaha TLKM. 

Ke depannya saham TLKM masih memiliki prospek positif. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 mengharuskan masyarakat bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Hal ini mendorong penjualan data menjadi lebih masif  lagi.

Ia menyarankan buy TLKM dengan target harga Rp 3.600. Di sisi lain, Aria menyarankan hold TLKM dengan target harga Rp 3.750. 

Terkait saham TELE, Aria menyarankan pelaku pasar lebih baik memantau terlebih dahulu perkembangan lanjutannya. Di sisi lain, Tiphone diharapkan memberikan penjelasan atas penundaan utang dan pengajuan restrukturisasi utang. 

Baca Juga: Telkom (TLKM) akan tebar dividen Rp 154 per saham, simak jadwal lengkapnya

" Kami ambil posisi netral di momen sekarang," imbuhnya. 

Asal tahu saja, Tiphone dibayangi pembayaran pokok dan bunga ke-12 Obligasi Berkelanjutan I Tiphone tahap III tahun 2017 seri B senilai Rp 231 miliar dengan bunga 10,5%. Adapun obligasi ini sudah jatuh tempo 22 Juni 2020. 

Selain itu, Tiphone juga dibayangi pembayaran bunga ke -3 Obligasi Berkelanjutan II Tiphone tahap II tahun 2019 yang memiliki nilai pokok Rp 500 miliar dan bunga 11,5%.

Jika TELE tidak berhasil mengatasi kesulitan likuiditasnya, Aria melihat hal itu tidak akan berpengaruh terhadap TLKM.

Sementara dari sisi bisnisnya, jika TELE mampu mengatasi persoalan likuditas, distribusi kartu dan voucher semestinya masih berkembang dalam jangka pendek. 

"Mengingat masyarakat yang berada di daerah/rural  masih suka beli pulsa lewat konter," tutup Venny. 

Sekadar informasi, berdasar data RTI Business harga terakhir TELE berada di Rp 121. Sejak awal tahun saham ini sudah terkoreksi hingga 59,67%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×