Reporter: Nur Qolbi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas emiten Grup Sinar Mas menorehkan kenaikan harga saham sepanjang 2019 ini. Secara sektoral, semua saham-saham properti perusahaan konglomerasi ini menghijau.
Sebut saja PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) yang naik 98,74% year to date (ytd) ke level Rp 316 per saham hingga Jumat (16/8). Lalu, PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) naik 54,33% ytd ke Rp 6.775, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) naik 47,96% ytd ke Rp 19.975, dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) naik 7,57% ytd ke level Rp 1.350 per saham.
Sementara itu, produsen pulp dan kertas Sinar Mas, yakni PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kerta Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) menunjukkan penurunan harga. Saham INKP turun 34,85% ytd ke level Rp 7.525 per saham dan TKIM turun 5,41% menjadi Rp 10.500.
Baca Juga: Catatkan kenaikan harga, ini rekomendasi analis untuk saham emiten Grup Sinar Mas
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, harga saham properti Grup Sinar Mas berpeluang untuk naik lagi ke depannya. Alasannya, bisnis properti mulai berada dalam tren naik setelah "mati suri" sejak 2018 lalu.
Menurut Hans, pertumbuhan ini berasal dari sentimen penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Penurunan ini memacu masyarakat untuk mengajukan kredit perumahan. Menurut dia, saham-saham sektor properti akan terus terdorong naik jika pemerintah kembali menurunkan suku bunga acuan BI.
”Kalau bunga bisa turun menjadi 6% ini cukup bagus untuk sektor properti. Apalagi bagi BSDE yang masih cukup punya banyak landbank,” kata dia di Jakarta, Jumat (16/8).
Baca Juga: Mumpung Perang Dagang, Sinar Mas Agro (SMAR) Bidik Pasar Ekspor CPO ke China
Hans juga melihat saham emiten kawasan industri seperti DMAS masih berpeluang untuk terus naik. Menurut dia, pembangunan infrastruktur oleh pemerintah yang terus berlanjut menjadi sentimen positif untuk saham-saham kawasan industri.
Untuk saham produsen pulp dan kertas pada tahun ini memang terkondolidasi karena harga kertas yang menurun dibanding tahun lalu. Meskipun begitu, Hans melihat harga kertas bisa menjadi lebih mahal ke depannya karena masyarakat semakin lebih memilih plastik.
Oleh karena itu, menurut dia, pemerintah perlu membangun kesadaran bahwa plastik berbahaya bagi lingkungan dan mendorong kebijakan yang bisa menaikkan harga plastik, "Jika terwujud, hal ini bisa menjadi sentimen positif untuk industri kertas,” ucap Hans.
Ia juga melihat adanya peluang pertumbuhan positif bagi emiten crude palm oil (CPO), yakni PT Sinar Mas Argi Resoruces and Tecknlogy Tbk (SMAR). Sentimen ini berasal dari perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang kembali memanas. Pasalnya, perang dagang membuat China menghentikan impor kedelai dari AS untuk dan menggantinya dengan CPO.
Baca Juga: Perang dagang memanas, SMAR dan MGRO mengincar pasar CPO China
Meskipun begitu, ia melihat masih ada ancaman bagi saham CPO dari adanya kampanye hitam dan kebijakan tarif CPO oleh Uni Eropa. Oleh karena itu, menurut dia, Indonesia bisa berharap dari program biodiesel 30% pemerintah yang diprediksi akan menjadi pendorong bisnis CPO.
Menurut dia, ke depannya sektor properti Sinar Mas menjadi bisnis yang bisa paling diunggulkan. Ia merekomendasikan investor untuk memerhatikan saham BSDE, DMAS, DSSA dan DUTI.
Saham CPO Sinar Mas, yakni SMAR juga bisa menjadi perhatian investor. “Jika untuk investasi jangka panjang, INKP dan TKIM bisa jadi pilihan yang cukup menarik dan bagus,” kata Hans.
Baca Juga: Golden Energy Mines (GEMS) memproduksi 12,5 juta ton batubara di semester I
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News