Reporter: Nur Qolbi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan sepanjang 2018 indeks IDX BUMN 20 menurun sebesar 10,98%. Angka itu lebih besar dibanding Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 6,29% secara year to date (ytd).
Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan, yang menjadi pemberat IHSG adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor konstruksi dan properti serta perbankan. Ia mengatakan, jika dilihat dari penurunan harga saham secara year to date, maka emiten-emiten BUMN dari sektor konstruksi dan properti-lah yang melemah paling signifikan.
Berdasarkan catatan BEI, emiten BUMN sektor konstruksi dan properti yang menunjukkan penurunan harga terbesar secara year to date adalah PT Pembangunan Perumahan (PTPP) sebesar 42,99%, PT Wijaya Karya Beton (WTON) sebesar 34,80%.
Selain itu, PT Waskita Karya (WSKT) menurun sebesar 32,13%, PT Adhi Karya (ADHI) sebesar 28,91%, PT Wijaya Karya (WIKA) sebesar 22,58%, dan PT Waskita Beton Precast (WSBP) sebesar 21,08%.
Lanjut Valdy, PT Jasa Marga (JSMR) dan PT Semen Baturaja (SMBR) juga melemah signifikan. Harga saham kedua badan usaha menurun secara year to date sebesar 39,06% dan 50,00%. Penurunan harga saham di sektor konstruksi dan properti ini disebabkan oleh kondisi Indonesia yang menjelang Pemilihan Umum Serentak.
“Kalo dari sektor konstruksi dan sebagainya itu lebih dilihat karena ini jelang tahun politik. Biasanya, ada kecendurangan investor untuk wait and see, terutama di sektor riil, seperti bangun pabrik. Itu kan berdampak ke sektor konstruksi,” kata Valdy saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (15/11).
Ia menambahkan, jika dihitung berdasarkan kapitalisasi pasar, maka yang menjadi pemberat IHSG sepanjang tahun ini adalah emiten-emiten sektor perbankan. Sebut saja PT Bank BRI (BBRI), PT Bank Mandiri (BMRI), dan PT Bank BNI (BBNI).
Sedikit penurunan harga dari emiten bermodal ratusan triliunan itu akan memengaruhi pasar secara keseluruhan. Data BEI menunjukkan harga saham BBRI, BMRI, dan BBNI secara year to date turun sebesar 6,32%, 7,50%, dan 16,67%.
Menurutnya, kebijakan yang dibuat bank sentral Amerika, The Fed turut memengaruhi perbankan dalam negeri. Hal itu terlihat dari Bank Indonesia (BI) yang sepanjang tahun ini sudah enam kali menaikkan suku bunga acuan.
“Kebijakan The Fed yang sudah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali juga diikuti BI yang per hari ini sudah menaikkan suku bunganya sebanyak enam kali. Itu yang menekan BUMN perbankan,” kata Valdy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News