kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis Samuel rekomendasi buy on weakness saham GJTL, simak alasannya


Senin, 08 Juli 2019 / 23:32 WIB
Analis Samuel rekomendasi buy on weakness saham GJTL, simak alasannya


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan lembaga pemeringkat Moody's Investor Service memangkas outlook utang tampaknya tidak berpengaruh signifikan pada prospek pergerakan saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL, anggota indeks Kompas100 ini) di sisa 2019.

Apalagi, berdasarkan data RTI sepanjang tahun ini saham produsen ban tersebut sudah menguat sebanyak 12,31% dan ditutup pada level Rp 730 per saham di Senin (8/7).

Sebagai informasi, April 2019 lalu Moody's mengubah outlooknya terhadap peringkat utang GJTL dari stabil menjadi negatif. Selain itu, peringkat B2 juga ditempelkan pada perusahaan dan surat utang emiten itu yang mencapai US$ 250 juta dan bakal jatuh tempo di Agustus 2022.

Adapun alasan Moody's memangkas peringkat utang GJTL karena menilai tingginya risiko volatilitas harga bahan baku terhadap kinerja perusahaan. Di samping itu, volatilitas nilai tukar juga cukup berpengaruh pada potensi margin emiten ban itu ke depan.

Padahal, sepanjang kuartal I-2019 GJTL masih sukses membukukan kenaikan angka penjualan sebanyak 4,66% atau sebanyak Rp 4,038 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sayangnya, ini disertai juga dengan kenaikan beban keuangan sebanyak 11,02% menjadi Rp 229,32 miliar.

Untung saja, sepanjang 2019 emiten tersebut masih berhasil membukukan kenaikan laba komprehensif yang dapat diatribusikan kepada entitas indusk sebanyak 55,29% atau sekitar Rp 151,09 miliar.

Meskipun begitu, jumlah liabitas GJTL dalam tiga bulan pertama 2019 tercatat naik Rp 162 miliar atau sekitar 1,17% menjadi Rp 13,97 triliun.

Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih menilai dampak pemangkasan peringkat utang GJTL bisa berdampak negatif bagi perusahaan itu. "Efek pemangkasan menyebabkan biaya utang yang meningkat. Tentunya itu tidak baik buat GJTL," kata Alfatih kepada Kontan, Senin (8/7).

Meskipun begitu, jika melihat dari pergerakan harga saham GJTL yang dalam beberapa hari sempat menunjukkan penurunan dari level Rp 760 ke Rp 730 per saham, namun hal tersebut sebagai koreksi kecil.

Dengan kata lain, pemangkasan peringkat utang oleh Moody's kelihatannya belum mempengaruhi pergerakan saham produsen ban tersebut.

"Bahkan jika mampu tembus Rp 760, saham GJTL bisa menguji Rp 800 - Rp 850 per saham, seperti yang pernah dicapai di awal tahun," jelasnya.

Di sisi lain, harga karet dunia di pasar Tokyo beberapa waktu lalu sempat merosot tajam dari level JPY 207 per kilogram ke JPY 181 per kilogram. Penurunan tersebut, dinilai Alfatih bisa menguntungkan GJTL, meskipun ke depannya harga karet rata-rata akan cenderung moderat atau sedikit dibandingkan tahun lalu.

Untuk selanjutnya, perkembangan industri otomotif perlu menjadi perhatian dan diharapkan bisa mendapat sentimen positif. Apalagi, di 18-28 Juli akan digelar ajang pameran mobil Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) yang diharapkan bisa jadi pendorong sentimen industri otomotif. 

Untuk itu, Alfatih merekomendasikan buy on weakness (BOW) saat harga menyentuh level Rp 685 - Rp 650 per saham. Adapun target harga untuk jangka panjang berkisar Rp 800 - Rp 1.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×