Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek PT Bukit Asam Tbk (PTBA) diyakini masih menarik seiring dengan membaiknya outlook harga batubara tahun ini.
Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya meningkatkan estimasi laba bersih Bukit Asam untuk tahun 2021-2022. RHB Sekuritas memperkirakan laba bersih PTBA untuk tahun ini sebesar Rp 3,4 triliun, naik 13,8% dari proyeksi lama.
Sementara laba bersih tahun depan diproyeksi menyentuh angka Rp 3,68 triliun atau naik 9,6% dari proyeksi sebelumnya.
Andrey mengatakan, naiknya kinerja PTBA didukung oleh harga rata-rata acuan batubara yang lebih tinggi. Adapun, RHB memproyeksikan harga rata-rata acuan di tahun 2021 dan 2022 masing-masing berada di level US$ 70,00- US$ 75,00 per ton.
Baca Juga: Perusahaan batubara siap revisi RKAB seiring penambahan kuota ekspor batubara
Membaiknya kinerja emiten pelat merah ini juga didorong oleh estimasi volume penjualan yang lebih tinggi, yakni mencapai 30,7 juta ton, atau naik 18% secara year-on-year (YoY).
Harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) juga diproyeksikan akan pulih. RHB memperkirakan, ASP Bukit Asam tahun ini sebesar US$ 48.0 per ton dan tahun 2021 diperkirakan sebesar US$ 47,7 per ton. Sebagai perbandingan, ASP Bukit Asam tahun lalu hanya US$ 45,80 per ton, turun -11% YoY.
Naiknya ASP ini seiring membaiknya permintaan batubara dari lokal, di mana sekitar 54% dari tujuan penjualan PTBA merupakan pasar domestik. Permintaan internasional juga membaik, dimana sekitar 46% penjualan dilempar ke pasar India dan sebanyak 20% merupakan penjualan ke China.
Larangan China atas impor batubara Australia, ditambah dengan banjir di negara tersebut, telah mengurangi ketersediaan batubara berkalori menengah untuk sementara waktu.
Hal ini mendorong pasar di beberapa negara bersaing memperebutkan untuk mengisi stok yang terbatas tersebut, sehingga berpotensi menaikkan harga spot batubara. Andrey menilai, ini menjadi sebuah katalis positif bagi pasar batubara Indonesia.
Daya tarik lain dari PTBA adalah diversifikasi bisnisnya, yang dinilai akan memberi keuntungan di masa depan.
Sejumlah proyek diversifikasi yang sedang digarap oleh PTBA antara lain investasi pembangkit listrik yang akan menyerap 5,4 juta ton batubara per tahun, gasifikasi batubara yang akan menyerap 6 juta ton batubara, serta pemrosesan karbon aktif yang akan menyerap 60.000 ton batubara per tahun.
PTBA saat ini juga sedang menggarap proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di lahan bekas tambangnya
Baca Juga: Rekomendasi saham emiten batubara di tengah tren kenaikan harga batubara
RHB Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham PTBA dengan target harga Rp 3.000. RHB menilai, valuasi saham BUMN ini masih menarik.
Adapun harga saham PTB yang masih terkoreksi sekitar 12% sejak awal tahun (YTD), justru memberikan peluang bagus untuk mengakumulasi saham ini, mengingat fundamentalnya yang sehat.
“Risiko penurunan dari rekomendasi ini adalah melemahnya ASP, dampak Covid-19 yang lebih lama dari yang diperkirakan, penurunan permintaan karena pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, dan biaya energi terbarukan yang lebih murah,” tulis Andrey dalam riset, Selasa (13/4).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News