Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
Untuk itu, lini bisnis jasa konstruksi diperkirakan masih menjadi sektor utama WEGE. "Mengingat mayoritas proyek WEGE masih berasal dari perusahaan WIKA," ungkapnya.
Di sisi lain, Valdy juga mempertimbangkan sejumlah tantangan yang bakal dihadapi WEGE tahun ini, khususnya dalam upaya perusahaan itu merealisasikan target kontrak barunya. Salah satunya, mayoritas kontrak WEGE berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pemerintah.
Menurutnya, potensi shortfall penerimaan pajak berpotensi mempengaruhi pengerjaan sejumlah proyek-proyek infrastruktur WEGE tahun ini. Sebagai informasi, Sejak 2016 proporsi kontrak dari pemerintah dan BUMN terus naik signifikan dari 8% di 2016 menjadi 70% di 2018.
"Tahun ini, emiten diperkirakan masih akan fokus pada proyek-proyek BUMN dan Pemerintah," ujarnya.
Baca Juga: Tahun ini, Wika Gedung (WEGE) targetkan nilai kontrak baru Rp 14,9 triliun
Untuk pergerakan sahamnya, Valdy menilai saham WEGE saat ini cukup menarik, mengingat rasio PER yang relatif rendah di kisaran 6,69 kali. Akan tetapi, dalam jangka pendek masih terdapat potensi koreksi dengan support area Rp 268 per saham hingga Rp 278 per saham.
Berkaca pada kondisi tersebut, Valdy merekomendasikan Buy saham WEGE saat berada di level support. Di mana, untuk target minor bullish reversal berada di kisaran Rp 310 per saham hingga Rp 340 per saham dalam jangka menengah. Mengutip RTI, pada perdagangan Rabu (29/1) saham WEGE ditutup moderat di level Rp 282 per saham.
Analis BNI Sekuritas Maxi Liesyaputra menilai saham WEGE masih menarik dibeli dengan target harga Rp 470 per saham. Hanya saja, untuk prospek kinerja 2020 Maxi belum bisa memberikan gambaran, mengingat capaian kontrak baru di 2019 belum dirilis emiten tersebut.
"Saya belum tahu perolehan kontrak baru tahun lalu berapa, tampaknya berat untuk capai target 2019 (Rp 11,98 triliun)," kata Maxi kepada Kontan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News