Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pagebluk Corona (Covid-19) turut menjegal kinerja emiten property, salah satunya PT Summarecon Agung Tbk (SMRA). Kontan.co.id mencatat, per semester I-2020, konstituen baru Indeks LQ45 tersebut membukukan pendapatan pra-penjualan alias marketing sales sebesar Rp 1,1 triliun.
Capaian marketing sales pengelola Summarecon Mall tersebut turun 50% dari perolehan di semester I-2019 yang sebesar Rp 2,2 triliun. Bila dibandingkan dengan target marketing sales tahun 2020 yang sebesar Rp 4,5 triliun, capaian tersebut juga masih setara 24,44%.
Baca Juga: Jadi penghuni baru Indeks LQ45, simak rekomendasi saham Summarecon Agung (SMRA)
Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian menilai, SMRA akan membukukan marketing sales yang lebih rendah dari target yang dipasang tersebut .
“Dari Sucor Sekuritas, target marketing sales SMRA di Rp 2.8 triliun,” terang Joey kepada Kontan.co.id, Minggu (26/7). Ini berarti, capaian SMRA pada semester I-2020 mencerminkan 39% dari target marketing sales yang dipasang Sucor Sekuritas.
Target pendapatan pra-penjualan sebesar Rp 2,8 triliun tersebut juga merupakan hasil revisi. Sebelumnya, Sucor Sekuritas menargetkan pendapatan pra-penjualan SMRA sebesar Rp 4,1 triliun.
Baca Juga: Tiga saham jadi konstituen baru LQ45, Merdeka Copper Gold (MDKA) paling dijagokan
Namun, Joey menilai, kabar baik dari emiten ini adalah manajemen SMRA mempertahankan target untuk peluncuran proyek Bogor Township di kuartal empat 2020. Joey memperkirakan, proyek ini akan membukukan marketing sales Rp 180 miliar pada akhir tahun 2020 (turun dibandingkan proyeksi Rp 256 miliar).
Proyeksi ini agak konservatif bila dibandingkan dengan target manajemen SMRA yang menargetkan marketing sales Rp 430 miliar.
Di paruh kedua 2020 ini, marketing sales SMRA pun diproyeksikan akan membaik, yang dilatarbelakangi peluncuran produk anyar serta didukung oleh suku bunga acuan yang lebih rendah.
Dengan asumsi marketing sales yang lebih rendah, Sucor Sekuritas memperkirakan revenue untuk SMRA akan menurun sebesar 40% dan 34% untuk tahun 2020 dan 2021.
Baca Juga: Simak daftar lengkap emiten penghuni indeks LQ45 periode Agustus 2020-Januari 2021
Menurut Joey, pembatasan mobilitas masyarakat serta ketakutan terhadap gelombang kedua virus Corona akan memicu risiko penurunan pada peluncuran produk baru SMRA dan penurunan penjualan produk yang sudah ada.
Joey mempertahankan rekomendasi beli (buy) saham SMRA dengan target harga Rp 1.000, turun dari target harga sebelumnya yakni Rp 1.300. Jumat (24/7), saham SMRA ditutup melemah 2,48% ke level Rp 590.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News