Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan aktivitas bisnis dan ekonomi di sepanjang tahun lalu turut menyeret turun pertumbuhan kredit PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Namun, analis menilai kinerja BBCA tetap solid dan berpotensi membaik di tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan 2020, laba bersih BBCA terkoreksi 5,14% secara tahunan (yoy) ke Rp 27,13 triliun. Manajemen mengatakan penurunan laba disebabkan kenaikan biaya pencadangan untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas aset.
Di periode yang sama, pertumbuhan rata-rata kredit BBCA sebesar 4,7% yoy. Sementara, total fasilitas kredit untuk bisnis meningkat 5% yoy. Namun, adanya pelemahan aktivitas bisnis maka fasilitas tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Dampaknya, hingga akhir Desember 2020 total kredit BCA menurun 2,1% menjadi Rp 575,6 triliun. Dengan demikian, secara konsolidasi total kredit tercatat sebesar Rp 588,7 triliun atau melemah 2,5% yoy.
Meski tekanan di sepanjang tahun lalu berat, BCA dan entitas anak mampu mencatatkan pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) hingga 11,2% menjadi Rp 45,4 triliun. Kinerja tersebut ditopang oleh peningkatakn likuiditas biaya dana yang lebih rendha dan perlambatan belanja operasional.
Baca Juga: Begini rekomendasi analis untuk saham blue chip yang banyak dilepas asing
Christopher Andre Benas, Analis RHB Sekuritas menilai kinerja BBCA di sepanjang tahun lalu sudah sesuai dengan harapannya. "BBCA solid dalam menghadapi pandemi karena risk management perusahaan sangat baik," kata Andre, Rabu (31/3).
Selain itu, meski pertumbuhan kredit menurun, Andre menilai kinerja kredit BBCA masih cukup baik di tengah pandemi. Pada akhirnya, Andre juga mengatakan memang biaya dana yang murah mendorong kinerja BBCA di sepanjang tahun lalu.
Andre optimistis BBCA bisa berkinerja lebih baik di tahun ini. Ia memproyeksikan pertumbuhan kredit berpotensi di atas 5%. Tentunya, proyeksi tersebut harus didukung dengan perbaikan ekonomi secara keseluruhan.
"Kalau ekonomi bertumbuh sesuai harapan, mestinya kinerja BBCA juga akan membaik," kata Andre.
Sektor yang bisa menyokong pertumbuhan kredit di tahun ini menurut Andre datang dari sektor commercial dan konsumer seperti mortgage dan otomotif.
Senada, Rahmi Marina Analis Maybank Kim Eng Sekuritas dalam risetnya, memproyeksikan pertumbuhan kredit BBCA di 2021 naik 100 basis poin menjadi 4,0%. Pinjaman dari segmen korporasi diharapkan menjadi pendorong utama.
Baca Juga: Bank Central Asia (BBCA) menebar dividen tunai, ini jadwalnya
Di sepanjang tahun lalu, segmen korporasi masih berhasil tumbuh 7% yoy meskipun pandemi menyerang. Segmen tersebut menyumbang 43,3% dari total pinjaman.
Rahmi juga memproyeksikan kualitas pinjaman di BBCA akan membaik di tahun ini. Rahmi melihat ruang non performing loan berpotensi turun lebih jauh menjadi 1,7% dari perkiraan awalnya yang sebesar 1,9%. "Ekspansi kredit akan BBCA lakukan secara selektif," kata Rahmi dalam riset.
Perkiraan di atas membuat Rahmi memproyeksikan laba bersih BBCA di tahun ini berpotensi naik 19,3% menjadi Rp 32,4 triliun.
Namun, Rahmi merekomendasikan jual BBCA karena diperdagangkan pada 4,1 kali P/BV atau 20% di atas estimasi nilai wajar dari Maybank Kim Eng Sekuritas.
Rabu (31/3) harga saham BBCA merosot 2,81% ke Rp 31.075 per saham. Dengan penurunan harga BBCA tersebut, Andre mengubah rekomendasinya dari netral ke beli dengan target harga di Rp 38.000 per saham.
Selanjutnya: Bank Perkuat Digital Banking, Transaksinya Sentuh Rp 32.206 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News