Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada bulan Maret yang lalu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengizinkan semua emiten melakukan pembelian kembali (buyback) saham tanpa memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Upaya ini dilakukan untuk memberikan stimulus perekonomian dan mengurangi dampak pasar yang berfluktuasi secara signifikan karena pandemi Covid-19.
Baca Juga: Sentimen suku bunga acuan Bank Indonesia, tidak berpengaruh signifikan ke IHSG
Berdasar catatan Kontan.co.id, per 27 Mei 2020, realisasi buyback ini masih mini, mencapai Rp 1,56 triliun atau setara 8,1% dari total rencana keseluruhan yang sebesar Rp 19,5 triliun.
Hingga batas periode buyback berakhir, ada beberapa emiten yang belum merealisasikan rencananya sama sekali. Misalnya, emiten plat merah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang awalnya berencana akan buyback saham sebanyak-banyaknya Rp 100 miliar.
Di sisi lain, emiten yang telah merealisasikan buyback, jumlahnya tidak mencapai rencana semula. PT Bukit Asam Tbk misalnya, dalam rencananya emiten berkode PTBA itu akan melakukan buyback saham hingga Rp 300 miliar dalam periode dari 17 Maret 2020 hingga 16 Juni 2020. Akan tetapi, realisasi buyback PTBA sejauh ini mencapai Rp 12,5 miliar.
Pejabat Pengganti Sementara (PGS) Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk Hartono menjelaskan bahwa sisa dari dana yang dialokasikan untuk buyback itu akan dikembalikan ke kas untuk operasional perusahaan.
Baca Juga: Sambut new normal, begini persiapan yang dilakukan hotel milik PTPP
"Sampai dengan saat ini belum ada wacana untuk melanjutkan program buyback setelah periode tersebut berakhir," jelasnya ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (15/6).
Head of Research Analyst FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo menjelaskan ketika kondisi ketidakpastian ekonomi masih tinggi seperti saat ini, emiten cenderung menahan untuk melakukan buyback saham. Sebab, emiten memerlukan likuiditas untuk terus bertahan.
"Apalagi di tengah kondisi saat ini, emiten memiliki kesulitan jika harus mencari pendanaan melalui perbankan. Sehingga, emiten lebih fokus menggunakan dananya untuk berjaga-jaga," ungkap Wisnu kepada Kontan.co.id, Senin (16/6).
Baca Juga: IHSG mulai menghijau, efektifkah penanganan gejolak bursa oleh BEI?
Kondisi serupa juga dialami oleh PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius menjelaskan bahwa selama masa periode buyback saham, pihaknya belum banyak menyerap kembali sahamnya. Menilik keterbukaan informasi sebelumnya, KLBF sebenarnya mengalokasikan dana hingga Rp 2,8 miliar untuk aksi buyback.
Seperti PTBA, ke depannya KLBF tidak akan melanjutkan buyback sahamnya. Sebab, melihat kondisi saat ini saham KLBF sudah menunjukkan tren recovery.
"Jadi aksi buyback tidak begitu relevan lagi," ungkapnya. Asal tahu saja pada penutupan perdagangan Senin (15/6), harga KLBF menguat 1,81% hingga 1.405. Adapun selama tiga bulan terakhir saham itu telah menghijau hingga 0,20%.
Menurut Wisnu, buyback tanpa RUPS ke depannya mungkin saja dilakukan oleh emiten-emiten yang secara harga saham terlihat lesu, akan tetapi dilihat dari bisnisnya tidak begitu terdampak pandemi Covid-19.
Baca Juga: IHSG berpeluang menguat pada Selasa (16/6), tetap waspada perkembangan situasi
Untuk emiten-emiten yang dari sisi bisnis terjegal pandemi Covid-19, kemungkinan besar tidak akan melakukan buyback saham. Dana yang ada cenderung untuk menjaga keberlangsungan perusahaan di tengah kondisi bisnis yang tidak pasti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News