Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi
Head of Research Analyst FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo menjelaskan ketika kondisi ketidakpastian ekonomi masih tinggi seperti saat ini, emiten cenderung menahan untuk melakukan buyback saham. Sebab, emiten memerlukan likuiditas untuk terus bertahan.
"Apalagi di tengah kondisi saat ini, emiten memiliki kesulitan jika harus mencari pendanaan melalui perbankan. Sehingga, emiten lebih fokus menggunakan dananya untuk berjaga-jaga," ungkap Wisnu kepada Kontan.co.id, Senin (16/6).
Baca Juga: IHSG mulai menghijau, efektifkah penanganan gejolak bursa oleh BEI?
Kondisi serupa juga dialami oleh PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius menjelaskan bahwa selama masa periode buyback saham, pihaknya belum banyak menyerap kembali sahamnya. Menilik keterbukaan informasi sebelumnya, KLBF sebenarnya mengalokasikan dana hingga Rp 2,8 miliar untuk aksi buyback.
Seperti PTBA, ke depannya KLBF tidak akan melanjutkan buyback sahamnya. Sebab, melihat kondisi saat ini saham KLBF sudah menunjukkan tren recovery.
"Jadi aksi buyback tidak begitu relevan lagi," ungkapnya. Asal tahu saja pada penutupan perdagangan Senin (15/6), harga KLBF menguat 1,81% hingga 1.405. Adapun selama tiga bulan terakhir saham itu telah menghijau hingga 0,20%.
Menurut Wisnu, buyback tanpa RUPS ke depannya mungkin saja dilakukan oleh emiten-emiten yang secara harga saham terlihat lesu, akan tetapi dilihat dari bisnisnya tidak begitu terdampak pandemi Covid-19.
Baca Juga: IHSG berpeluang menguat pada Selasa (16/6), tetap waspada perkembangan situasi
Untuk emiten-emiten yang dari sisi bisnis terjegal pandemi Covid-19, kemungkinan besar tidak akan melakukan buyback saham. Dana yang ada cenderung untuk menjaga keberlangsungan perusahaan di tengah kondisi bisnis yang tidak pasti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News