kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Analis: Perlu ada insentif tambahan untuk dorong penerbitan green bond di Indonesia


Senin, 19 Oktober 2020 / 21:17 WIB
Analis: Perlu ada insentif tambahan untuk dorong penerbitan green bond di Indonesia
ILUSTRASI. Aktivitas karyawan yang memantau perdagangan obligasi atau surat utang di dealing room Bank BRI di Jakarta, Selasa (12/8/2014).. KOMPAS/IWAN SETIYAWAN


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penerbitan instrumen investasi obligasi berwawasan lingkungan atawa green bond sudah mulai menjamur secara global. Baik penerbit maupun investor sudah mulai menyadari betapa pentingnya sebuah bisnis yang berjalan secara berkelanjutan dan tidak merusak alam.

Kendati demikian, tren penerbitan green bond di Indonesia sendiri hingga saat ini masih belum populer. Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menilai, pasar green bond di Indonesia bisa dibilang masih sempit dan terbatas. Hal ini dapat terlihat dari masih terbatasnya suplai green bond di Indonesia. 

Oleh karena itu, Ramdhan cenderung melihat terbatasnya penerbitan green bond lah yang pada akhirnya membuat ceruk instrumen ini menjadi sempit dan terbatas pada kalangan tertentu. Padahal, jika bicara dari sisi investor, peminatnya jelas ada. Apalagi konsep green bond yang ramah lingkungan juga jadi nilai lebih di mata investor.

Baca Juga: Restrukturisasi utang tunjukan sinyal merah, investor perlu cermati ini

“Kalau investor pasti akan menyambut baik terhadap instrumen yang ada, apalagi jika imbalan yang ditawarkan menarik. Sejauh ini, yield yang ditawarkan juga cukup kompetitif dibanding yield obligasi biasa. Di satu sisi, saat ini kesadaran investor akan sustainability sebuah bisnis juga sudah berkembang, jadi kalau bicara prospek jelas sangat menarik,” kata Ramdhan ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (19/10).

Demi menumbuhkan minat penerbit green bond, Ramdhan melihat, adanya pemanis bisa menjadi faktor yang mendorong minat perusahaan. Dalam hal ini, Ramdhan mencontohkan, dengan pemberian insentif perpajakan ke perusahaan yang menerbitkan green bond. 

Pemanis ini menjadi hal yang perlu mengingat penerbit perlu usaha lebih untuk menerbitkan green bond dibanding obligasi biasa. Seperti membuat laporan secara periodik hingga mendapatkan sertifikasi dari lembaga tertentu. Oleh karena itu, dengan pemberian pemanis, Ramdhan melihat minat perusahaan yang menerbitkan green bond pun bisa mulai tumbuh.

Baca Juga: Kebutuhan pendanaan korporasi naik, ini kata pengusaha konstruksi

“Jadi perlu ada imbalan bagi perusahaan yang mau menerbitkan green bond karena proses penerbitan dan administrasinya jauh lebih memerlukan usaha ketimbang obligasi biasa,” pungkas Ramdhan.

Selanjutnya: IHSG kembali menghijau, seluruh reksadana catat kinerja apik di pekan lalu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×