Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
Lebih lanjut, Nafan melihat BEST masih punya peluang untuk terus memaksimalkan passive income dari kawasan hotel dan komersial. Tak hanya menambah pendapatan BEST, Nafan melihat pengembangan kawasan tersebut juga akan meningkatkan land value milik BEST. Ia pun memproyeksikan BEST punya peluang akan menorehkan kembali laba pada tahun depan.
Yasmin mengaku cukup meragukan BEST dapat memperbaiki kinerjanya pada sisa tahun ini. Hingga September kemarin, BEST melaporkan belum membukukan marketing sales lagi, sehingga menurutnya BEST tidak akan mampu melakukan penjualan tanah yang signifikan.
“Walaupun demikian, kami yakin keadaan akan lebih baik pada tahun depan seiring BEST masih punya inquiry tanah 66 hektare per September kemarin,” ujar Yasmin.
Dengan kondisi yang kurang baik tahun ini, Yasmin memangkas proyeksi pendapatan BEST menjadi Rp 292 miliar pada 2020 dan Rp 315 miliar pada 2021. Adapun, pada tahun ini BEST diperkirakan rugi hingga Rp 24 miliar, sebelum berbalik laba pada tahun depan menjadi Rp 45 miliar.
Baca Juga: Mengukur prospek saham emiten pengelola kawasan industri
Yasmin merekomendasikan untuk hold saham BEST dengan target harga Rp 200 per saham.
Sementara Nafan menyarankan untuk beli dengan target harga Rp 234 per saham karena saat ini secara teknikal BEST sedang bullish consolidation dan masih akan terus berlanjut.
Sukarno juga merekomendasikan beli saham BEST dengan target harga Rp 230 per saham. Menurutnya, saat ini BEST secara valuasi sudah sudah tergolong murah jika dilihat dari rasio PBV-nya yang berada di 0,43x.
Ditambah lagi jika BEST tahun depan mampu meraih laba, maka valuasinya lebih murah lagi.
Selanjutnya: Penguasaan Pengembangan Awal Lahan KEK Minimal 50%, Pelaku Usaha Wait and See
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News