Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Harga komoditas logam industri termasuk nikel melaju di tengah optimisme perbaikan ekonomi dari China. Hal ini tidak mengherankan mengingat China merupakan konsumen nikel terbesar di dunia.
Mengutip Bloomberg, Jumat (4/3) harga nikel kontrak tiga bulan di London Metal Exchange (LME) menguat 3,7% ke level US$ 9.340 per metrik ton. Dalam sepekan terakhir, nikel melambung hingga 10,01%.
Andri Hardianto, Analis PT Asia Tradepoint Futures mengatakan, prospek harga nikel hingga akhir tahun akan semakin cemerlang. Biasanya terjadi kenaikan permintaan nikel pada bulan September dan Oktober untuk mengejar proyek menjelang akhir tahun.
"Pelarangan ekspor nikel Indonesia dalam bentuk konsentrat juga menjadi sentimen positif bagi harga nikel tahun ini," paparnya.
Meski demikian, isu perlambatan ekonomi China masih menjadi tantangan bagi pergerakan harga nikel. Apalagi, jika stimulusekonomi yang telah digelontorkan oleh pemerintah negeri tembok raksana gagal memberi hasil positif.
Sebaliknya, jika stimulus berhasil, maka peluang kenaikan harga nikel semakin lebar. Proyeksi Andri, harga nikel pada akhir tahun ini akan berada di level US$ 14.000 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News