kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.063   79,31   1,14%
  • KOMPAS100 1.056   15,99   1,54%
  • LQ45 830   13,16   1,61%
  • ISSI 214   1,34   0,63%
  • IDX30 424   7,83   1,88%
  • IDXHIDIV20 510   8,47   1,69%
  • IDX80 121   1,88   1,59%
  • IDXV30 125   0,72   0,58%
  • IDXQ30 141   2,29   1,65%

Analis: Pergerakan harga batubara patut diwaspadai ADRO


Kamis, 07 Maret 2019 / 10:44 WIB
Analis: Pergerakan harga batubara patut diwaspadai ADRO


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Ketidakpastian global ditambah isu perang dagang yang belum disepakati membuat harga komoditas batubara kian bergejolak. Analis melihat pergerakan harga batubara ini patut diwaspadai PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Apalagi emiten ini akan mengencarkan ekspornya ke China.

Analis RHB Sekuritas, Andrew Franklin Hotama menilai ada berbagai tantangan yang dihadapi ADRO termasuk gejolak harga batubara. Untuk itu, Andrew menyarankan agar ADRO fokus untuk maintain produksi dan Kestrel Mine. Juga memastikan produk tetap in-line di pasaran.

“Perusahaan yang akan mengambil peluang untuk ekspor ke China, itu langkah bagus. Dimana perkembangan bisnis di China sangat tumbuh pesat. Dan kalaupun ekspor ke China akan menambah pundi-pundi kinerjanya,” imbuh Andrew kepada KONTAN, Rabu (6/3).

Hanya saja, dengan isu pelemahan harga batubara dunia, Andrew menyebut ADRO harus bisa mengatur manajemen bisnis yang tepat. Pasalnya sepanjang tahun 2019, dia memperkirakan harga batubara berada di kisaran US$ 90 per metrik ton. Belum lagi dengan isu pembatasan impor batubara Australia ke China.

“Tetapi kalau dilihat pembatasan hanya di satu pelabuhan saja. Jadi tidak ada pengaruhnya ke Indonesia, khususnya kinerja ADRO. Kalau ada rencana ekspor ke China akan bagus ke kinerja tahun ini,” beber Andrew. Untuk itu, dia pun memperkirakan pendapatan ADRO tahun 2019 mampu capai US$ 3,325 miliar dan laba US$ 384 juta.

Sementara Robertus Hardy, analis Kresna Sekuritas mencatat tiga tantangan yang dihadapi emiten ADRO. Pertama harus bisa menjaga konsistensi produksi di kisaran 54 juta sampai 56 juta ton, tahun ini. Kedua menjaga volume penjualan, paling tidak diatas US$ 55 juta ton tahun ini.

Ketiga Robert memperkirakan harga batubara yang melemah di level US$ 90 sampai US$ 95 per metrik ton harus diwaspadi. "Setidaknya ADRO bisa fokus melakukan penjualan ke China, India, Asia Tenggara dan Asia Timur," tutur Robert.

Dia pun masih merekomendasi beli saham ADRO dengan harga Rp 1.600 per saham. Kemarin, harga saham ADRO ditutup melemah 2,86% ke level 1.360 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×