Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pada sesi I hari ini (5/7), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi di level 4,067.66. Analis Reliance Securities, Christine Natasya menjelaskan bahwa IHSG bergerak dalam teritori negatif pada sesi 1 mengikuti pergerakan bursa regional setelah kenaikan yang sangat signifikan beberapa hari terakhir.
Dia memantau, saham-saham yang melemah diantaranya JSMR dan WIKA. "Saham BUMI juga turun signifikan dikarenakan perusahaan mengalami kerugian US$ 100,4 juta atau 950 milliar rupiah pada kuartal pertama 2012," jelasnya kepada KONTAN, Kamis (5/7).
Christine menyarankan kepada investor untuk segera merealisasikan profit. Menurutnya, Investor tidak perlu merisaukan penurunan hari ini karena sifat penurunan hanya teknikal atau sementara waktu saja. "Secara jangka panjang, IHSG masih berada pada tren bullish," imbuhnya.
Sementara Analis Indosurya Asset Management, Fridian Warda mencermati, pada perdagangan sesi II nanti, IHSG masih bergerak sideways dengan kecenderungan melemah.
"Aksi profit taking akan terus melanda IHSG," ujar Fridian, Kamis (5/7). Menurutnya, range IHSG masih akan berada di kisaran support di level 4.010 dan resistance di level 4.105.
Fridian mencermati, investor dunia cenderung untuk menunggu bagaimana hasil dari rapat dewan ECB yang akan menentukan turun atau tidaknya tingkat suku bunga Eropa. Catatan saja, pelaku pasar memprediksi, ECB akan memangkas suku bunga dari level 1% menjadi 0,75%.
"Jika hasilnya nanti sesuai ekspektasi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kepercayaan investor terhadap pertumbuhan Eropa akan lebih baik lagi," ungkap Fridian.
Bila masih ada investor yang ingin beli, Fridian merekomendasikan sektor consumer goods yang masih menjadi primadona di tengah-tengah kondisi profit taking dengan pilihan saham INDF, ICBP & GGRM.
Sedangkan bagi investor dengan risk appetite yang cukup tinggi, Fridian menyarankan investor untuk dapat mulai mengakumulasi saham- saham berbasis komoditas seperti PTBA, ADRO & AALI (Buy on Weakness).
"Sentimen kenaikan harga minyak mentah yang dipicu embargo minyak Iran ke Eropa serta penurunan produksi minyak AS akibat badai, dapat mendorong harga minyak ke level resistance berikutnya di US$ 90 per barrel," jelas Fridian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News