CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   -35.000   -2,31%
  • USD/IDR 15.800   -121,00   -0,77%
  • IDX 7.322   55,53   0,76%
  • KOMPAS100 1.120   5,81   0,52%
  • LQ45 885   5,41   0,62%
  • ISSI 222   1,93   0,88%
  • IDX30 453   1,57   0,35%
  • IDXHIDIV20 545   1,27   0,23%
  • IDX80 128   0,70   0,54%
  • IDXV30 137   1,60   1,18%
  • IDXQ30 151   0,42   0,28%

Analis: Pasar saham baru bangkit di semester dua tahun ini


Minggu, 02 Februari 2020 / 15:59 WIB
Analis: Pasar saham baru bangkit di semester dua tahun ini
ILUSTRASI. Sepanjang tahun 2020, IHSG sudah turun5,17%


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah turun 5,71% bahkan kembali ke bawah 6.000 tepatnya 5.937 pada penutupan Jumat (31/1). Di sisi lain, nilai rata-rata transaksi harian pun tercatat sebanyak Rp 6,37 triliun.  

Bila dibandingkan dengan Januari 2019, performa pasar saham di bulan pertama tahun ini cukup lebih rendah. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG Januari 2019 ditutup di level 6.532 atau menguat 5,46% secara year to date (ytd). Kala itu, nilai rata-rata transaksi harian tercatat mencapai Rp 10,76 triliun. 

Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan, kondisi tersebut merupakan efek dari sentimen negatif dari dalam negeri yang beruntun beberapa waktu terakhir. 

"Sangat jelas, tidak jauh berbeda dengan yang lain, terkait Jiwasraya yang kemudian merembet kemana-mana. Ada reksadana yang dibubarkan, ada rekening yang dibekukan dan ada market maker yang ditangkap," jelas Teguh kepada Kontan.co.id, Jumat (31/1). 

Baca Juga: Analis: Panic selling sebabkan pasar dan nilai transaksi tertekan

Dus, banyak saham tidak bisa aktif diperdagangkan, salah satunya yang terindikasi sebagai saham gorengan. Teguh menjelaskan transaksi saham gorengan bisa menyumbang Rp 1 triliun per hari. Hal ini juga yang menyebabkan rata-rata nilai transaksi harian dalam tiga tahun terakhir cukup tinggi, mencapai Rp 10 triliun. 

"Cuma sebenarnya kalau kami lihat lebih jauh ke belakang lima sampai 10 tahun lalu memang angka transaksi bursa di sekitar Rp 4 triliun - Rp 5 triliun, nah dalam beberapa tahun terakhir meningkat ya karena saham goreng-goreng. Jadi bukan karena investor masuk tetapi karena bandar jadi tidak berkualitas," imbuh Teguh.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×