Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) berupa biodiesel sebesar 20% (B20) ke dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) menghemat devisa negara dari impor solar. Tapi, kebijakan ini belum mampu mengerek harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menilai, kebijakan B20 hanya cukup menaikkan 20% permintaan CPO dunia. Sementara untuk mengerek harga CPO yang melemah tidaklah cukup.
“CPO pernah berada di level tinggi di Indonesia saat pembentukan Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (CPOPC) tahun 2015. Harga CPO bisa tembus RM 2.300-an dan kini tidak dilanjutkan lagi,” ujar Ibrahim kepada Kontan.co.id, Selasa (15/1).
Mengutip Bloomberg, Selasa (15/1) harga CPO kontrak Maret 2019 di Malaysia Derivative Exchange naik 0,47% menjadi RM 2.146 per metrik ton dari yang sebelumnya RM 2.136 per metrik ton.
Ibrahim menilai, pergerakan harga CPO yang masih di bawah RM 2.200 per ton akan terjadi sepanjang awal tahun 2019 ini. Harga bisa terkerek kembali jika Pemerintah Indonesia dan Malaysia melanjutkan keaktifan CPOC.
Ditambah penggunaan minyak sawit mentah untuk bahan bakar avtur sebesar 60%. Karena hal itu, Ibrahim memperkirakan besok harga CPO berada di rentang RM 2.120 sampai RM 2.147 per metrik ton.
Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar melihat, kebijakan B20 maupun B30 hanya akan menyerap produksi dalam negeri saja. Sementara itu, data cadangan CPO di Malaysia masih berlimpah.
“Serapan CPO untuk B20 hanya sekitar 6 juta ton tahun ini. Sedangkan produksinya 30 juta ton per tahun. Jadi dampaknya tidak besar untuk harga CPO naik,” kata Deddy.
Deddy memperkirakan harga CPO bergerak di rentang RM 2.100 sampai RM 2.170 per metrik ton besok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News