kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Analis: laba emiten rokok bisa tertekan cukai naik


Kamis, 12 Oktober 2017 / 20:37 WIB
Analis: laba emiten rokok bisa tertekan cukai naik


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Wacana pemerintah menaikkan tarif cukai rokok kembali terdengar. Setelah awal tahun sebelumnya, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sudah mengerek sebesar 10,54%. Tahun depan, pemerintah akan kembali menaikkan cukai rokok. Rencana tersebut itu akan diumumkan dalam waktu dekat.

Emiten rokok tentu harus bersiap-siap mengatur strategi. Terutama bila pemerintah jadi menetapkan kenaikan tarif cukai. Musababnya, kebijakan itu bisa menjadi sentimen negatif bagi emiten rokok. Lantas, akankah bara emiten rokok tetap akan menyala menghadapinya?

Riska Afriani Analis OSO Sekuritas menyatakan kenaikan cukai rokok berdampak pada kenaikan harga rokok. Hal itu menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari. Dia mengamati harga yang semakin naik, akan memberatkan konsumen kelas menengah bawah. Kenaikan ini, secara otomotis akan menggerus margin laba bersih.

"Yang mampu bertahan, adalah perusahaan rokok yang sudah besar. Sementara yang kecil bisa tersisihkan," terang Riska kepada KONTAN, Kamis (12/10).

Dia mengamati, emiten PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) meski laba bersihnya cukup stabil namun ada pengurangan earning per share (EPS). Dimana sebelumnya HMSP mencatatkan EPS Rp 110, kini menjadi Rp 104. "Ini tantangan yang cukup berat. Emiten harus punya strategi," imbuhnya.

Persaingan pada industri rokok pun semakin ketat. Munculnya rokok elektrik misalnya, berpotensi mengurangi pendapatan emiten. Belum lagi sejumlah regulasi yang membatasi pemasaran rokok. Sebagai contoh iklan di TV. "Tantangan ke depan juga dari pertumbuhan ekonomi. Kalau ada ketidakstabilan ekonomi, akan berpengaruh terhadap penjualan," tambahnya.

Riska menjagokan emiten PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Karena dari segi kinerja emiten itu dinilai lebih unggul dari HMSP. Dari kinerja kuartal 2-2017 misalnya, kinerja laba bersih HMSP minus 1,59% (YoY). Sedangkan laba bersih GGRM pada periode tersebut naik 8,9%. "PE GGRM adalah 20 kali, dan PE HMSP adalah 36 kali. GGRM masih cukup menarik," ujarnya.

Dia merekomendasikan buy GGRM dengan target harga 71.250 dan buy HMSP dengan target harga 3.980.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×