Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) masuk jajaran indeks bergengsi LQ45 untuk periode Februari-Juli 2023. Emiten produsen Tolak Angin ini dianggap layak masuk sebagai anggota LQ45 seiring prospek bisnis yang diperkirakan bertumbuh.
Kepala Riset Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan bahwa saham SIDO layak dicermati karena terus menghijau sejak bergabung ke dalam indeks LQ45.
Saham-saham yang masuk LQ45, hari ini kompak ditutup menguat, dengan kata lain langsung direspon positif oleh pasar. Selain itu likuiditasnya akan semakin baik, karena SIDO bakal menjadi pilihan bagi investor besar dan manajer investasi (MI).
“SIDO memang memenuhi seluruh kriteria sebagai anggota baru LQ45 dan secara prospek bisnis berpotensi terus melanjutkan pertumbuhan setidaknya sampai semester I-2023,” kata Cheril saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (2/3).
Baca Juga: Gencar Buka Outlet dan Luncurkan Produk Baru, Simak Rekomendasi Saham Sido Muncul
Menurut Cheril, SIDO dinilai menarik karena didukung oleh penurunan harga gula yang berpengaruh pada segmen bisnis herbalnya, sehingga bisa mengurangi biaya produksi. Selain itu, seiring pelonggaran aktivitas ekonomi di China, maka ada potensi peningkatan di segmen makanan & minuman.
Dalam riset tertanggal 10 Februari 2023, Analis Trimegah Sekuritas Heribertus Ariando menjelaskan bahwa pemulihan Sido Muncul terlihat pada kuartal terakhir tahun lalu. Dengan kata lain, ada lebih banyak ruang untuk pertumbuhan ke depan.
SIDO melaporkan pendapatan sebesar Rp 384 miliar atau melonjak 40% quarter on quarter (QoQ) pada kuartal IV-2022. Capaian ini membawa pendapatan selama setahun penuh di tahun lalu sebesar Rp 1,1 triliun atau merosot 12% YoY, namun berada di atas 105% dari konsensus Trimegah Sekuritas.
Heribertus mengamati, performa luar biasa SIDO di kuartal terakhir tersebut didukung oleh melonjaknya kontribusi dari penjualan segmen herbal sebesar 78% terhadap penjualan atau naik 46% dari kuartal sebelumnya yang didorong oleh musim hujan dan normalisasi tingkat stok pengeceran produk baru, setelah stok saat pandemi.
“Perhatikan bahwa ini adalah penjualan kuartalan tertinggi yang pernah dicatat oleh SIDO, bahkan mengalahkan rekor saat pandemi di kuartal keempat 2021,” tulis Heribertus dalam riset (10/2).
Selain itu, lanjut Heribertus, moncernya penjualan Sido Muncul berkat penyesuaian harga yang signifikan dan adanya perbaikan struktur biaya terutama biaya bahan baku yang mencatat penurunan, meskipun operational expenditure naik karena lonjakan pengeluaran untuk kebutuhan iklan dan promosi (A&P).
Sementara, pendapatan dan laba bersih SIDO masing-masing turun 3,9% dan 12,4% YoY menjadi Rp 3,87 triliun dan Rp 1,10 triliun di sepanjang tahun 2022.
Segmen obat herbal & suplemen turun 1,6% YoY menjadi Rp 1,79 triliun, segmen makanan & minuman juga terpantau turun 24,2% YoY menjadi Rp 322 miliar. Segmen farmasi adalah satu-satunya segmen positif yang naik 5,98% YoY menjadi Rp 52,6 miliar pada tahun lalu.
Heribertus berujar, manajemen SIDO mematok pertumbuhan penjualan sebesar 10% di tahun 2023. Kinerja bakal didukung dari produk Ready to Drink (RTD) atau siap minum baru seperti Alangsari. Kemudian, pertumbuhan dari penetrasi penjualan online, permintaan dari Indonesia Kawasan timur yang sedang berkembang, serta pulihnya penjualan ekspor ke China ataupun Nigeria.
Baca Juga: Laba Tembus Rp 12,56 Triliun di 2022, Begini Rekomendasi Saham Bukit Asam (PTBA)
Analis UOB Kayhian Stevanus Juanda mengamati bahwa ada pergeseran minat terhadap produk dari Sido Muncul. Konsumen mengalihkan konsumsi mereka dari obat pencegahan ke pilihan konsumsi seperti produk untuk perjalanan.
“Ini menyebabkan penurunan yang cukup besar dalam penjualan vitamin dan suplemen pada kuartal IV-2022,” ungkap Stevanus dalam riset 13 Februari 2023.
Stevanus menuturkan, manajemen SIDO berharap penjualan di tahun 2023 dapat tumbuh lebih besar dari 10% dengan proyeksi laba bersih setelah pajak (NPAT) naik setidaknya 10%. Target tersebut salah satunya dapat didorong oleh penurunan biaya bahan baku (taurin, asam sitrat dan kemasan), terutama untuk produk makanan & minuman.
Tidak menutup kemungkinan pertumbuhan NPAT sebesar 15% dapat tercapai, namun masih begitu konservatif. Setidaknya pertumbuhan yang bisa dicapai SIDO minimal 10% pada penjualan dan laba bersih tahun 2023.
Stevanus menyarankan beli untuk SIDO dengan target harga sebesar Rp 890 per saham. Cheril juga menyarankan beli namun dengan target harga lebih tinggi di Rp 990 per saham.
Setali tiga uang, Heribertus merekomendasikan buy untuk SIDO dengan target harga pada Rp 1.000 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News