kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Analis: Jangka pendek, dampak BI rate terhadap indeks negatif


Jumat, 04 Februari 2011 / 14:11 WIB
Analis: Jangka pendek, dampak BI rate terhadap indeks negatif
ILUSTRASI. IHSG hijau, ini 10 saham LQ45 dengan PER Terendah & Tertinggi (16/8).


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pada pertemuan yang digelar pagi tadi, pimpinan Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,75%.

Menurut analis PT Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Al Fatih, dalam jangka pendek, kenaikan BI rate dapat menyebabkan penurunan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Namun, untuk jangka panjang, jika kebijakan BI itu dinilai baik maka besar kemungkinan indeks akan mengalami rebound.

"Sebenarnya kenaikan BI rate merupakan hal yang diharapkan oleh investor asing. Semoga saja reaksi yang terjadi positif," jelasnya.

Hanya saja, secara teknikal, Al Fatih melihat level resisten indeks berada di kisaran 3.482 hingga 3.520. "Pada kisaran level itu, kenaikan indeks akan tertahan," imbuhnya. Namun, jika indeks bisa melampaui kisaran itu, IHSG berpotensi menuju ke level 3.700.

Mempengaruhi dua sektor

Kenaikan suku bunga disinyalir bakal mempengaruhi dua sektor pada indeks, yakni sektor perbankan dan sektor properti. Sektor perbankan sendiri, kata Al Fatih, sudah mengalami tekanan besar. "Sehingga ada kemungkinan terjadi aksi buy on news. Namun sifatnya sangat spekulatif sekali," ujarnya.

Kenaikan suku bunga juga akan mempengaruhi sektor properti. Sebab, bukan tidak mungkin hal itu akan diikuti oleh kenaikan bunga Kredit Perumahan Rakyat (KPR). "Jika ini terjadi, daya beli masyarakat akan rendah. Sangat tidak bagus untuk sektor properti," paparnya.

Bagaimana secara teknikal? Al Fatih menjelaskan, secara teknikal, sektor perbankan sudah mengalami penurunan sejak pertengahan Desember. Pada waktu itu indeks perbankan berada di level 500 dan saat ini berada di posisi 428. "Saya melihat koreksi masih akan terus berlanjut. Kecuali jika indeksnya bisa naik di atas level 440," imbuhnya.

Sementara, untuk sektor properti, penurunan indeks sejak bulan September-Desember hingga saat ini hampir mencapai 10% dari level 200 menjadi 180. "Kemungkinan sektor properti bisa turun lagi. Kecuali bisa melampaui level 185," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×