kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,00   -5,29   -0.58%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis jagokan PTBA dan ADRO di tengah penurunan harga batubara, ini alasannya


Sabtu, 28 Maret 2020 / 08:31 WIB
Analis jagokan PTBA dan ADRO di tengah penurunan harga batubara, ini alasannya
ILUSTRASI. FILE PHOTO - A coal barge is pulled along the Mahakam river in Samarinda, East Kalimantan province, Indonesia, March 3, 2016. REUTERS/Beawiharta/File Photo


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tahun ini harga komoditas batubara diperkirakan masih akan tertekan. Berbagai sentimen negatif bakal menekan harga emas hitam ini, mulai dari pelemahan permintaan dari China, kondisi kelebihan pasokan (oversupply), hingga potensi pelemahan pertumbuhan ekonomi akibat mewabahnya virus Covid-19.

Meski demikian, bukan berarti saham emiten tambang batubara menjadi tidak menarik untuk dilirik investor.

Baca Juga: Virus corona menyebar, Bukit Asam (PTBA) belum merevisi panduan operasional

Di tengah ancaman pelemahan harga batubara, Analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan menilai saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) masih cukup menarik saat ini.

Meilki menilai, kedua emiten ini akan menggenjot volume penjualan dan melakukan efisiensi operasional sebagai siasat untuk mempertahankan kinerja.

Memang, kedua emiten ini bakal meningkatkan volume produksi batubara untuk tahun ini. PTBA misalnya, menargetkan mampu memproduksi 30,3 juta ton batubara atau naik sekitar 4% dari realisasi tahun 2019 yang mencapai 29,1 juta ton. Adapun tahun ini PTBA menargetkan penjualan hingga 29,9 juta ton atau naik 8% dari realisasi penjualan sepanjang 2019 yang sebesar 24,7 juta ton.

Baca Juga: Revisi RKAB, Bukit Asam (PTBA) buka peluang tambah kapasitas produksi batubara

Tahun ini, Meilki mengestimasi PTBA akan mampu mencetak pendapatan sebesar Rp 21,4 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 4,4 triliun sedangkan ADRO berpotensi mengempit pendapatan sebesar US$ 3,5 miliar dengan laba bersih US$ 410 juta.

Adapun tahun lalu PTBA mengempit pendapatan usaha sebesar Rp 21,8 triliun dengan torehan laba bersih senilai Rp4,05 triliun, sementara ADRO membukukan pendapatan US$ 3,46 miliar dengan laba bersih US$ 404,19 juta sepanjang periode 2019.

Baca Juga: India terapkan kebijakan lockdown, begini kata pelaku usaha sektor batubara

Dalam risetnya pekan lalu, Analis Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri mengatakan adanya risiko tinggi dari segi pendapatan bagi perusahaan batubara di tengah pandemi Covid-19 yang diakibatkan pelemahan permintaan yang akan semakin menekan harga batubara.

Wabah Covid-19 di Negeri Tirai Bambu menyebabkan tambang batubara di Negara tersebut menghentikan produksi sementara dalam upaya mengurangi penularan penyakit ini.

Meski demikian, harga minyak mentah yang rendah dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat membantu memoderasi dampak dari wabah ini terhadap emiten tambang batubara.

Baca Juga: Simak rekomendasi ACES, UNVR dan PTBA untuk hari ini

Stefanus menjadikan PTBA sebagai saham top picks, dengan salah satu pertimbangannya adalah peningkatan volume produksi batubara tahun ini. Lebih lanjut, emiten pelat merah ini juga getol melakukan diversifikasi bisnis.

Stefanus merekomendasikan beli (buy) saham PTBA dengan target harga Rp 3.200 per saham. Selain PTBA, Stefanus juga merekomendasikan beli saham ADRO dengan target harga Rp 1.300 dan beli saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan target harga Rp 12.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×