Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Perusahaan peritel, PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI) berencana initial public offering (IPO) salah satu anak perusahaannya, PT MAP Boga Adiperkasa (MBA). Rencananya, aksi korporasi ini ditujukan agar langkah perusahaan bisa lebih ekspansif.
Sebelumnya, perusahaan investasi asal Amerika Serikat bernama General Atlantic menanamkan investasi pertamanya di Indonesia. Perusahaan itu bekerja sama dengan MAPI untuk berinvestasi pada MBA.
Investasi pada anak perusahaan MAPI yang bergerak di sektor food and beverage ini dilakukan melalui penyerapan obligasi tanpa bunga (zero coupon) senilai Rp 1,08 triliun yang diterbitkan Mitra Adiperkasa.
Obligasi tersebut dapat dikonversi menjadi saham di MBA. General Atlantic akan memiliki sekitar 29,9% saham MBA. Aksi ini bisa dieksekusi saat MBA melakukan penawaran umum perdana.
Kepala Riset Koneksi Capital Alfred Nainggolan menyatakan adanya mekanisme perjanjian antara General Atlantic dengan MAPI, akan membuat proses IPO memiliki beragam partner investor. Hal itu juga menandakan semakin banyak partner emiten dalam investasi akan menjadi nilai positif. "Profil struktur permodalan juga bisa lebih baik," terang Alfred kepada KONTAN, Rabu (4/4).
Dengan IPO tersebut, MBA akan membuat investor menjadi lebih nyaman. Termasuk General Atlantic yang bermaksud menyuntikan investasi. Sebab, bila sebelumnya hanya bertangung jawab kepada induk perusahaan, setelah IPO MBA akan bertanggung jawab kepada publik. "Pengawasan akan lebih besar, investor bisa lebih nyaman," terangnya.
Sementara itu, saat ini MAPI memiliki pangsa pasar tersendiri. Pasar MAPI saat ini, juga memiliki posisi struktur yang kuat dengan konsumen midle-up. Sehingga harga dan pendapatan dari konsumen, tidak terlalu sensitif bagi MAPI. Dia optimistis akan ada pertumbuhan, namun belum bisa mengharapkan adanya pertumbuhan yang tinggi. Sebab, FnB pertumbuhannya masih kecil.
"Poinnya, kalau kondisi sekarang saya rasa MAPI sedang mencoba memperbesar pasar, dari sisi target belum banyak berharap ruang pertumbuhan yang besar," terangnya.
Selain itu, Agustini Hamid Head of Research Infinitum Advisory menyatakan biasanya perusahaan luar negeri yang ingin memberikan investasi di lokal mengharapkan perusahaan tersebut melakukan IPO. Sebab, data keuangan akan dibuka ke publik dan dengan demikian akan lebih transparan.
"Perusahaan tidak bisa main-main. Tapi dengan ini, mereka akan lebih mudah juga untuk ekspansi di luar negeri," ujar Agustini kepada KONTAN.
Soal rencana melepas kepemilikan 20% saham, menurutnya angka tersebut masih kecil. Biasanya perusahaan keluarga jarang yang mau melepas sampai lepas dari 30% saham mereka. "Kalau tidak salah ada keringanan pajak kalau bisa lebih dari 30%," katanya.
Menurutnya, tahun ini waktu yang tepat untuk melakukan IPO. Sebab, indeks yang mengalami rebound, banyaknya sentimen positif, pembangunan infrastruktur sampai daerah oleh pemerintah bisa menjadi katalis positif. "Untuk investor ini sangat potensial, Indonesia juga tengah menunggu peringkat dari S&P," ungkapnya.
Namun demikian, menurutnya segmen F&B memang mengalami pertumbuhan lamban. Dia menilai ada beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti pertimbangan faktor politik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News