kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Instrumen Dollar AS menarik dipilih di kondisi bursa koreksi, kenapa?


Selasa, 06 Februari 2018 / 22:55 WIB
Analis: Instrumen Dollar AS menarik dipilih di kondisi bursa koreksi, kenapa?
ILUSTRASI. Mata Uang Rupiah dan Dollar Amerika


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awal pekan ini penurunan indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) sebesar 4,60% ke level 24.345,75 pada Senin (5/2) menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,69% ke level 6.478,543 pada perdagangan Selasa (6/2).

Pada awal tahun 2018 ini, IHSG  memang telah mengalami kenaikan yang cukup banyak. Bahkan, di bulan pertama 2018, IHSG berhasil menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di level 6.680,62. Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido Hutabarat menilai, wajar apabila koreksi yang terjadi pada indeks DJIA dijadikan momentum untuk melakukan profit taking.

Di Amerika Serikat, bergulir sentimen kenaikan suku bunga oleh bank sentral The Federal Reserve (The Fed). “Jika dicermati, pertumbuhan ekonomi AS terbilang baik. Begitu pula dengan pertumbuhan korporasinya,” ujar Kevin, Selasa (6/2).

Ditambah lagi, saat ini Jerome Powell resmi menggantikan posisi Janet Yellen sebagai Gubernur The Fed maka Kevin menilai potensi percepatan kenaikan suku bunga acuan The Fed akan lebih besar. Dengan demikian, investor cenderung melakukan profit taking dan beralih ke instrumen lainnya.

Saat ini, instrumen yang potensial untuk berinvestasi menurut Kevin adalah mata uang dollar AS. Estimasinya, peluang penguatan dollar AS masih terbuka di tengah sentimen kenaikan suku bunga oleh The Fed.

Kevin melanjutkan, dibandingkan instrument safe haven lainnya dollar AS lebih menarik. “Pada komoditas tak terlihat pergerakan yang terlalu tinggi, dan justru cenderung flat,” tambahnya.

Sementara itu untuk instrument emas, Kevin bilang hanya bisa dimanfaatkan untuk momentum jangka pendek. Penggunaan emas sebagai safe haven saat terjadi perang atau pergolakan politik bisa mendorong permintaan yang cukup tinggi bagi emas.

Namun, saat ini kondisi masih dalam keadaan kondusif. Jadi, arah investasi ke instrument emas masih menurut Kevin masih minim.

Adapun pada Indeks Dollar AS Berjangka, terlihat penguatan tipis intraday Selasa (6/2) sebesar 0,23% ke level 89,78. “Sentimen yang mendorong penguatan dollar AS masih akan berlangsung kurang dari dua minggu ke depan,” tutur Kevin.

Sementara itu, Kevin melihat bahwa IHSG menunjukkan tren penurunan seminggu ke depan. Bagi investor yang belum masuk ke pasar saham, ia menyarankan wait and see terlebih dahulu. Namun, bagi investor yang sudah masuk di level bawah, disarankan Kevin untuk ambil keuntungan terlebih dahulu sebelum beralih ke instrumen lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×