kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Analis: IHSG masih dalam tren naik jangka panjang


Senin, 09 Maret 2015 / 19:56 WIB
Analis: IHSG masih dalam tren naik jangka panjang
ILUSTRASI. Masyarakat mengunjungi fregat ROCS Wu Chang (PFG-1207) buatan Prancis menjelang perayaan hari Nasional di Kaohsiung, Taiwan, 9 Oktober 2021. REUTERS/Ann Wang


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih akan tertekan setelah mengalami koreksi di awal pekan. Senin (9/3) IHSG ditutup melemah 1,27% ke level 5.444,63. Adapun pelemahan itu terjadi pasca IHSG menyentuh level tertingginya 5.514,78 pada Jumat (7/3) lalu.

Para analis menilai, pelemahan itu terjadi lantaran dipengaruhi sentimen luar. Purwoko Sartono, Analis Panin Sekuritas mengatakan dirilisnya data tingkat nonfarm payroll dan data pengangguran Amerika Serikat (AS) yang positif.

Tercatat, data nonfarm payroll meningkat menjadi 295 ribu di Februari 2015. Sementara tingkat pengangguran (AS) turun menjadi 5,5% di Februari 2015 dari bulan sebelumnya 5,7%.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Vice President Investment PT Quant Kapital Investama Hans Kwee. Ia bilang, hasil positif dari data kedua tersebut memberikan sinyal bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.

Ditambah lagi, upah buruh AS terus mengalami kenaikan sejak awal tahun. "Hal tersebut sebetulnya yang ditakutkan oleh para investor sehingga laju indeks melemah," jelasnya kepada KONTAN.

Hal tersebut pula yang menjadi alasan bagi para investor untuk melakukan aksi profit taking. Baik Hans dan Purwoko mengatakan pada perdagangan hari ini IHSG diwarnai aksi profit taking dari investor lokal maupun asing.  Terlihat investor asing melakukan aksi jual senilai Rp 274,80 miliar.

Purwoko menilai, aksi yang dilakukan asing tersebut masih terbilang wajar. "Pasalnya, dibandingkan aliran dana yang masuk (net buy) jumlahnya lebih besar ketimbang dana keluar," jelasnya.

Terlihat secara year to date (ytd) IHSG asing masih mencatatkan net buy sebesar Rp 11,43 triliun. Keduanya juga sepakat wajar ketika IHSG mengalami koreksi setelah menyentuh level tertingginya. Bahkan Purwoko bilang, sejak sesi pertama dibuka hingga penutupan hampir semua sektor saham memerah.

Pada penutupan hari ini, hanya sektor saham agrikultur saja yang terlihat menghijau dengan kenaikan tipis 0,65%. Sementara sisanya mengalami pelemahan. Seperti sektor properti yang mengalami penurunan terbesar hingga 2,28%. Kemudian disusul dengan sektor trade, service and investment yang juga mengalami penurunan hingga 1,57%.

Sementara dari dalam negeri, laju IHSG terhambat oleh pelemahan rupiah yang kembali mencapai level Rp 13.000 per dollar AS. Hans menjelaskan, memang pelemahan ini tak hanya terjadi pada rupiah, namun keadaan ekonomi yang berbeda dari negara Asia lainnya membuat penekan sendiri bagi laju indeks.

Sehingga ia menilai dalam tren jangka pendek, IHSG masih akan mengalami tekanan. "Selain dari investor yang masih wait and see terhadap nilai tukar, indeks juga dinilai sudah terlalu mahal," tutur Hans.

Sedangkan dalam jangka panjang IHSG masih terlihat tren naik. Didorong oleh program pemerintah yang diprediksi sudah mulai direalisasi pada semester II. Selain itu, dana asing yang diperkirakan masih akan masuk ke Indonesia juga menjadi katalis positif lainnya.

Dengan demikian Hans memperkirakan pada semester I tahun ini IHSG akan kembali berada di level 5.500 dan di akhir tahun akan menyentuh level antara 6.000-6.200. Sementara, Purwoko menduga di hingga akhir tahun IHSG akan berada di level 5.900-6.000.

Saat ini sendiri, para analis juga menilai para investor tengah menunggu pengumuman BI rate yang segera dirilis. Adapun BI rate diprediksikan akan stagnan di level 7,5%.

Untuk tahun ini pula, keduanya memilih saham yang berada di sektor konstruksi , infrastruktur, dan banking sebagai emiten yang akan mengalami kenaikan. Alasannya, lantaran sektor-sektor tersebutlah diprediksi akan diuntungkan lantaran sejalan dengan proyek pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×