Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra International Tbk (ASII) gencar menggerakan segmen non-otomotif. Senin (12/2), ASII resmi berinvestasi di Go-Jek senilai kurang lebih Rp 2 triliun.
Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto mengapresiasi langkah ASII untuk mendiversifikasi bisnis ke ranah digital lewat Go-Jek. Begitu pula dengan langkah diversifikasi di segmen lainnya.
David melihat hal ini sebagai langkah strategis mengantisipasi lesunya industri otomotif. Belum lagi sekarang produk dari China juga mulai meramaikan persaingan bisnis otomotif di Indonesia. “Ini langkah cerdas. Kalau bisnis utama kandas, mereka masih punya lini bisnis lain,” paparnya, Senin (12/2).
Kendati demikian, David menilai investasi yang dilakukan ASII di Go-Jek saat ini, tak akan banyak mempengaruhi laporan keuangan ASII. Dus, rasio keuangan pasca-investasi ini tidak akan banyak berubah.
Mengutip RTI, saham ASII pada perdagangan Senin (12/2) bertengger di level Rp 8.200 per saham. Per 30 September 2017, ASII mencatat aset sebesar Rp 291,47 triliun. Price to earning ratio (PER) ASII sebesar 17,56 kali, dan price to book value ratio (PBV) sebesar 2,23 kali.
“Nilai investasi ini hanya sebgaian kecil dari aset Astra,” ujar David. Namun memang, Astra berpotensi menjadi investor strategis Go-Jek yang dapat bersinergi dalam masing-masing bisnisnya.
Saat ini, bisnis non-otomotif ASII yang paling potensial adalah PT United Tractor Tbk (UNTR). “Ada jasa kontraktor, Pamapersada, dan eskavator yang 1-2 tahun ke belakang bersinar,” tutur David.
Sejauh ini, menurut David, diversifikasi Astra belum mengubah haluan bisnis secara signifikan. Ia merekomendasikan beli saham ASII dengan target harga jangka pendek di Rp 8.500 per saham.
Tahun ini, David memprediksikan ASII bisa mencatat return sebesar 10%-20%. Dengan demikian, ia memasang target harga jangka menengah di level Rp 9.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News