kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,22   -11,30   -1.21%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Emiten big caps anjlok, sektor aneka industri terperosok


Jumat, 05 April 2019 / 18:10 WIB
Analis: Emiten big caps anjlok, sektor aneka industri terperosok


Reporter: Aloysius Brama | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor aneka industri menjadi sektor saham dengan kinerja terburuk di kuartal satu. Sektor ini menjadi sektor dengan kinerja paling turun sepanjang kuartal I-2019, yakni sebesar 7,53%. Meski begitu beberapa analis menilai hal itu terjadi lantaran sektor tersebut bergantung pada beberapa emiten dengan kapitalisasi pasar yang besar. 

Emiten yang dimaksud seperti PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL).

Penurunan ASII misalnya, yang memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 306 triliun, tak bisa dilepaskan dari kondisi kinerja beberapa anak usahanya yang sedang mengalami paceklik. Hal ini misalnya terjadi pada sektor kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). 

Blokade CPO Indonesia ke pasar ekspor Eropa, melemahkan kinerja perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Tercatat hingga hari ini (5/4), pergerakan saham AALI cenderung flat.

Sedangkan lesunya sektor batubara, juga melemahkan unit usaha penyedia alat berat milik Grup Astra yaitu PT United Tractors Tbk (UNTR). Emiten itu hari ini mengalami penurunan dari 26.750 menjadi 26.350 pasca bursa tutup hari ini. 

“Kondisi market otomotif dalam negeri yang ketat juga tidak luput mempengaruhi kinerja Grup Astra yang akhirnya juga memengaruhi kinerja indeks sektor ini,” terang Head of Research MNC Sekuritas, Edwin Sebayang ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (5/4).

Tak hanya Astra, SRIL sebagai salah satu emiten big caps di sektor tersebut juga cenderung flat. Sejak bursa ditutup pada hari ini (5/4), emiten tekstil itu tercatat mengalami penurunan meski tidak sampai 1%. 

“Yang bikin signifikan karena SRIL punya kapitalisasi pasar yang besar,” jelas Edwin. SRIL sendiri tercatat memiliki nilai kapitalisasi sebesar Rp 6.9 triliun dengan harga per saham Rp 338.

Analis Avere Mitra Investama Teguh Hidayat juga bilang hal yang sama. Namun, kata Teguh, tidak berarti  secara keseluruhan saham-saham sektor aneka industri tidak bisa menghasilkan cuan. 

“Untuk emiten lain tidak ada salahnya investor tetap pantau sektor ini bila ada yang menarik,” jelas Teguh, Jumat (5/4).

Sedangkan, Edwin menyarankan, tak ada salahnya para investor melakukan aksi jual dan memindahkan modalnya ke sektor saham lain yang sedang merekah. 

“Ini kita bicara tentang keuntungan ya. Kalau ada sektor lain yang lebih likuid, kenapa enggak sekalian pindah dulu mumpung bagus,” terang Edwin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×