Reporter: Aloysius Brama | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Unit perusahaan Sinar Mas Group yang bergerak di bidang properti yaitu Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE, anggota indeks Kompas100) merilis kinerja keuangan mereka pada kuartal I tahun 2019 ini. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dirilis dalam situs IDX, perusahaan mengalami penurunan pendapatan sebesar 4,2% bila dibandingkan kinerja di kuartal I tahun 2018 lalu.
Pendapatan perusahaan pada kuartal I tahun ini tercatat sebesar Rp 1,62 triliun. Bila dibandingkan kuartal I tahun lalu, pendapatan BSDE mencapai Rp 1,70 triliun.
Penurunan paling curam dapat diamati pada sektor usaha perhotelan dimana pada kuartal I tahun ini, penurunannya mencapai 10,45%. Sehingga pendapatan hotel BSDE sendiri hanya sebesar Rp 13,7 miliar. Bila dibanding kuartal I tahun lalu, sektor ini meraih pendapatan sebesar Rp 15,3 miliar.
Setelah hotel penurunan pendapatan juga tampak pada penjualan properti dan pendapatan taman rekreasi. Pada sektor penjualan, penurunan pendapatan BSDE mencapai 9,84%. Sedangkan pada sektor rekreasi, turun tipis sebesar 2,09%.
Adapun beberapa unit pendapatan perusahaan mengalami peningkatan. Peningkatan pendapatan paling signifikan BSDE terdapat pada pendapatan sewa yang naik sebesar 22,05% bila dibanding kuartal I tahun lalu. Pada kuartal I tahun ini, pendapatan sewa tersebut berada di angka Rp 298,8 miliar.
Sedangkan kenaikan pendapatan lain terjadi pada pengelolaan gedung. Pada bagian tersebut, pendapatan BSDE naik menjadi Rp 94,96 miliar atau tumbuh tipis sebesar 1,37%.
Meski mengalami penurunan pendapatan secara keseluruhan, namun laba periode berjalan yang diperoleh oleh BSDE sendiri meningkat signifikan. Tercatat, laba BSDE pada kuartal I ini sebesar Rp 715,6 miliar atau tumbuh sebesar 43,2% dibanding kuartal I tahun lalu dimana laba periode berjalan perusahaan tercatat sebesar Rp 499,4 miliar.
Analis MNC Sekuritas Muhammad Rudy mengatakan kenaikan laba yang cukup signifikan dari BSDE tak lepas dari efisiensi yang dilakukan perusahaan. Menurutnya, penurunan beban yang paling signifikan dapat diamati pada biaya promosi perusahaan.
Pada kuartal I tahun lalu biaya promosi BSDE mencapai Rp 97,20 miliar. Sedangkan pada tahun ini, biaya promosi perusahaan hanya mencapai Rp 58,81 miliar. “Meski begitu hal tersebut juga dikarenakan perusahaan belum meluncurkan properti baru untuk saat ini,” kata Rudy ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (29/4).
Sedangkan beban BSDE juga tertolong oleh penguatan rupiah. Tercatat, kerugian kurs BSDE terpangkas hingga mencapai 109% di angka Rp 30,22 miliar pada kuartal I tahun ini. Saat ini, kurs rupiah terhadap dollar sendiri sebesar Rp 14.214.
Bila menilik akun beban penjualan serta beban umum perusahaan secara keseluruhan, maka kedua beban tersebut berhasil ditekan oleh BSDE. Total beban penjualan perusahaan misalnya turun dari Rp 219 miliar pada kuartal I tahun lalu menjadi Rp 195 miliar pada kuartal I tahun ini. Itu berarti penurunannya mencapai 12,3%.
Sedangkan beban umum perusahaan juga dapat ditekan. Dari yang awalnya Rp 278,6 miliar pada kuartal I tahun lalu menjadi Rp 255,9 miliar pada tahun ini.
Meski begitu, Rudy menilai prospek BSDE tak ubahnya prospek sektor properti secara keseluruhan. “Sektor properti masih harus survive. Apalagi suku bunga BI masih berada di level 6%,” imbuhnya.
Menurut Rudy, sektor properti berpotensi mengalami kinerja yang prospektif bila BI menurunkan suku bunganya. “Sehingga bisa menjadi stimulus permintaan properti. Tentu juga harus diikuti oleh harga properti yang affordable ya,” tambahnya.
Rudy menambahkan dengan menimbang faktor keterkenalan BSDE dalam sektor properti, emiten ini masih layak untuk masuk dalam daftar pantau para investor. “Apalagi kinerja marketing sales kuartal I cukup positif, maka sepanjang tahun 2019 ini saham BSDE bisa berada pada level 1.610,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News