CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.902   -8,00   -0,05%
  • IDX 7.161   -53,29   -0,74%
  • KOMPAS100 1.093   -9,23   -0,84%
  • LQ45 870   -5,50   -0,63%
  • ISSI 216   -1,84   -0,84%
  • IDX30 446   -2,21   -0,49%
  • IDXHIDIV20 539   -0,29   -0,05%
  • IDX80 125   -1,02   -0,81%
  • IDXV30 136   0,09   0,06%
  • IDXQ30 149   -0,46   -0,31%

Analis: Efisiensi jadi kunci pertumbuhan INCO


Rabu, 11 Januari 2017 / 17:28 WIB
Analis: Efisiensi jadi kunci pertumbuhan INCO


Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Bagi saham-saham emiten yang berbasis komoditas, revenue perusahaan sangat tergantung pada sentimen harga jual produk. Sehingga terkadang volatilitas harga komoditas juga mempengaruhi kinerja emiten secara keseluruhan.

Seperti yang terjadi pada PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Kinerja emiten ini sangat tergantung dengan harga jual nikel global sebagai parameter pendapatan perusahaan. Namun analis meyakini, ada satu kunci lagi yang membuat saham INCO masih bisa tumbuh pada tahun ini. Yaitu, efisiensi.

Analis NH Korindo Raphon Prima mengatakan, INCO merupakan salah satu emiten yang konsisten mengurangi beban operasional perusahaan serta meningkatkan marjin. Namun memang perusahaan masih bergantung dari harga jual nikel global untuk membuat kinerja emiten untuk tumbuh.

”INCO merupakan salah satu emiten yang konsisten menekan biaya produksi,” katanya dalam riset.

Dia mengatakan, untuk meredam faktor dari eksternal, INCO fokus meningkatan marjin dengan mengurangi biaya. Dengan cara pergantian penggunaan high sulfur oil fuel (HSFO) dengan batu bara, sehingga sejak tahun 2012 COGS perusahaan terus berkurang. Namun efisiensi ini masih sulit untuk mendorong pertumbuhan perusahaan, jika rata-rata harga jual nikel masih rendah seperti pada kuartal I tahun 2016.

Sebagai informasi, sejak kuartal II tahun lalu, harga nikel mulai mengalami tren peningkatan. Analis juga masih memprediksi tren itu akan berlanjut hingga tahun ini.

Dibuktikan dari data Bloomberg, harga nikel dalam kontrak London Metal Exchange (LME) per tiga bulan harga nikel sudah terbang 7,11% menjadi US$ 10.615 per metrik ton dari awal tahun US$ 9.910 per metrik ton.

Raphon memprediksi, rata-rata harga jual (ASP) nikel INCO pada tahun ini bisa mencapai 81% dari harga jual nikel diglobal atau mencapai US$ 11.000 per metrik ton, dibanding tahun lalu hanya 73%-74% dari harga nikel global. Sehingga pada tahun perusahaan mulai akan mengalami pertumbuhan, walaupun pada kuartal III tahun lalu, pendapatan dan laba perusahaan masih tercatat menurun.

”Rata-rata harga jual nikel INCO sudah meningkat dari kuartal II. Begitu pula pada tahun ini, trennya masih meningkat,” katanya.

Dia memprediksi, pendapatan perusahaan dapat tumbuh 27,1% menjadi US$ 744 juta dari estimasi pendapatan tahun 2016 sebesar US$ 585 juta. Begitu pula dengan bottom line perusahaan yang akan meningkat menjadi US$ 53 juta dari estimasi tahun lalu US$ 35 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×