kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis Best Profit rekomendasikan sell GBP/USD, ini alasannya


Minggu, 06 Oktober 2019 / 21:31 WIB
Analis Best Profit rekomendasikan sell GBP/USD, ini alasannya
ILUSTRASI. Uang Poundsterling Inggris


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lesu tak cukup menjadi tenaga bagi penguatan pasangan kurs GBP/USD. Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (4/10), pasangan GBP/USD tercatat koreksi tipis 0,01% ke level 1.2331.

Analis PT Best Profit Agus Prasetyo mengungkapkan, pergerakan poundsterling tetap lemah di hadapan dollar AS pasca rilis angka pengangguran yang mengimbangi data Non Farm Payrolls (NFP) yang gagal memenuhi ekspektasi pasar.

Menurutnya, poundsterling tetap dalam tekanan bearish dengan diperdagangkan di 1.2335 atau di bawah level tertinggi sebelumnya yakni 1.2413 pasca rilis data tingkat pengangguran AS.

Baca Juga: Proposal Baru Brexit Menyokong Poundsterling

Sebagai informasi AS berhasil menekan jumlah penganggurannya menjadi 3,5%, terendah sepanjang 50 tahun terakhir, level tersebut lebih baik dari perkiraan di level 3,7% mengimbangi data Non Farm payrolls/NFP dan Upah Rata-Rata (Average Hourly Earnings) yang gagal untuk memenuhi ekspektasi pasar.

Sementara itu, data NFP AS rilis di 136 ribu versus 145 ribu di September, sementara upah juga mengecewakan di 2,9% atau di bawah perkiraan pasar 3,2%.

Pasca laporan ketenagakerjaan diumumkan, Prasetyo mengungkapkan bahwa dollar AS terpantau stagnan dengan ditutup turun moderat 0,01% di level 98,85, namun tetap kuat di hadapan poundsterling.

Selain itu, dollar AS juga sedikit mendapat dorongan setelah pidato Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dalam acara Fed Listen di Washington DC yang mengatakan bahwa ekonomi AS berada dalam posisi yang bagus walaupun menghadapi sejumlah risiko.

Pidato Powell tersebut, disampaikan beberapa jam setelah rilis data ketenagakerjaan AS yang beragam (mixed).

Baca Juga: Analis: Pasangan EUR/GBP berpotensi menguat terbatas secara teknikal

Pertumbuhan NFP AS melambat di September, tetapi tingkat pengangguran menyusut ke level terendah sejak 1969, data tersebut sedikit memudarkan kekhawatiran pasar yang terjadi sebelumnya, yaitu ketika Purchasing Managers Index (PMI) AS dilaporkan merosot akibat perang dagang sehingga membuka kemungkinan terjadinya resesi.

"Tidak ada penjelasan yang lebih spesifik dari ketua bank sentral AS tersebut mengenai suku bunga, sehingga hal tersebut diperkirakan akan membuat kembalinya aset risiko dan dollar AS kembali menguat dan kembali menekan poundsterling," jelas Prasetyo kepada Kontan, Sabtu (5/10).

Di sisi lain, pergerakan poundsterling terombang-ambing oleh respon proposal Brexit Boris Johson, di mana poundsterling sempat melonjak lantaran anggota-anggota parlemen Inggris dari partai konservatif yang sebelumnya menentang Theresa May, mendadak menyatakan dukungan bagi proposal Johnson. Selain itu tokoh-tokoh partai konservatif, partai DUP juga mengisyaratkan kesepakatannya.

Namun demikian, poundsterling secara tiba-tiba merosot setelah sebuah laporan mengindikasikan Presiden Parlemen Eropa David-Maria Sassoli menolak proposal Brexit Britania Raya (Inggris) baru.

Baca Juga: Perkembangan Brexit masih jadi bandul pemberat poundsterling menghadapi yen

PM Inggris Boris Johnson, dalam sebuah konferensi pers bersama PM Swedia, PM Leo Varadkar menegaskan kembali bahwa mereka tidak akan menandatangani kesepakatan apapun yang tak menjamin perbatasan terbuka antara Irlandia dan Inggris. Ia bahkan menyinggung Inggris mungkin butuh referendum kedua.

Dari kesimpangsiuran masalah Brexit tersebut, prospek poundsterling semakin tidak pasti (sideways) dan cenderung bearish setelah tanggapan dingin terhadap proposal dari Brussels, menyebabkan Brexit tanpa kesepakatan pada 31 Oktober semakin nyata.

Dari sisi teknikal, berdasarkan grafik daily pasangan GBP/USD dalam kondisi sideways dengan kecenderungan bearish terbatas, di mana dari indikator Moving Average Exponential (MAE) mengecil dengan arah harga sideways, kemudian pada Vortex Indikator (VI) memberikan sinyal Red over Blue dengan arah kurs belum kuat untuk naik.

Baca Juga: Pasangan EUR/GBP masih dihantui tren bearish

Sedangkan pada indikator True Strength Indicator (TSI) berada di figur +2 yang menunjukkan arah kurs konsolidasi (sideways).

"Secara umum pasangan GBP/USD terlihat masih dalam konsolidasi dengan potensi turun (bearish) terbatas. Rekomendasi trading untuk GBP/USD adalah Sell jika harga menembus 1.2322," ungkapnya,

Untuk perdagangan Senin (7/10) Prasetyo memperkirakan pasangan GBP/USD bakal bergerak di kisaran level resistance 1.2369, 1.2404, dan 1.2486. Sedangkan untuk level support berada di kisaran 1.2287, 1.2240 dan 1.2158.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×