Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Sepanjang kuartal kedua 2017, pendapatan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) cenderung melambat. Perlambatan ini disumbang oleh divisi obat resep dan distribusi & logistik yang masing-masing pendapatannya hanya tumbuh 4,4% dan 0,2% secara year on year (yoy).
Analis menilai, memasuki semester kedua, kinerja KLBF akan lebih positif seiring membaiknya prospek industri kesehatan. Filbert Anson, Analis Kresna Sekuritas dalam riset yang dirilis Kamis (3/8) menulis, turunnya pendapatan dari bisnis distribusi disebabkan oleh berhentinya kontrak dari pelanggan besar. "Sementara itu, kami meyakini pendapatan dari divisi obat resep lebih disebabkan oleh lesunya industri kesehatan sepanjang semester satu 2017," tulis Filbert.
Lesunya industri kesehatan tersebut, lanjut Filbert, tampak dari pendapatan beberapa rumah sakit besar di Indonesia. Kendati begitu, dia memprediksi, kinerja KLBF, khususnya divisi obat resep akan lebih baik pada semester dua 2017. "Hal ini akan membantu perusahaan mencapai batas bawah target pendapatannya," kata Filbert.
Vidjongtius, Direktur Utama KLBF, dalam kunjungannya ke redaksi KONTAN, Rabu (2/8) menyebut, pihaknya menargetkan pertumbuhan pendapatan sampai akhir tahun di kisaran 8% sampai 10%. Dia bilang, sepanjang semester satu 2017, KLBF sudah menyerap hingga Rp 400 miliar dari total capital expenditure (capex) 2017 senilai Rp 1,2 triliun.
Adapun, perusahaan berencana membangun pabrik obat biologi yang akan beroperasi penuh pada semester II tahun depan. Nilai investasi dalam pendirian pabrik tersebut berkisar Rp 400 miliar sampai Rp 500 miliar.
Melalui kondisi tersebut, Filbert merekomendasikan beli saham KLBF dengan target Rp 1.900 per saham. Harga tersebut mencerminkan price to earning ratio (PER) sebesar 31,7x. Sementara saat ini, KLBF diperdagangkan pada PE 32,4x.
Harga saham KLBF, Kamis (3/8) pukul 12.00 WIB berada di level Rp 1.745 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News