Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 4 triliun untuk tahun ini. Jumlah tersebut lebih rendah dari alokasi capex tahun lalu yang mencapai Rp 6,4 triliun.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, dana tersebut akan diambil dari internal kas perusahaan. “Kami belum memiliki rencana melakukan rising fund dari pihak eksternal,” terang dia saat Public Expose PTBA di bilangan Kuningan, Rabu (4/3).
Lebih rinci, Direktur Keuangan Bukit Asam Mega Satria menjelaskan, capex ini bakal digunakan oleh emiten pelat merah tersebut untuk keperluan beberapa proyek. Sebanyak Rp 800 miliar akan dialokasikan untuk pengerjaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Mulut Tambang Sumsel 8.
Baca Juga: Simak rencana operasional Bukit Asam (PTBA) untuk tahun 2020
PLTU yang terletak di Muara Enim tersebut memiliki kapasitas 2x620 megawatt 9MW). Commercial Operation Date (COD) untuk unit I ditargetkan pada tahun 2021 sementara COD Unit II ditargetkan pada 2022 dengan kebutuhan total batubara mencapai 5,4 juta ton per tahun.
Sebanyak Rp 400 miliar akan digunakan PTBA untuk mengembangkan jaringan angkutan batubara termasuk kereta api dan pelabuhan. Sisanya merupakan investasi di anak usaha dan cucu usaha¸ investasi pengembangan, serta investasi rutin.
“Ada di investasi anak usaha sekitar Rp 300 miliar. Ada di SBS (PT Satria Bahana Sarana). Lalu ada juga cucu usaha kami di Bukit Prima Bahari yang bergerak di bidang angkutan kapal sekitar Rp 150 miliar,” ujar Mega ketika ditemui usai Public expose.
Baca Juga: Harga batubara tertekan, laba Bukit Asam (PTBA) turun 19,24% tahun lalu
Tahun lalu, dari Rp 6,4 triliun capex yang dianggarkan, Mega bilang PTBA hanya menyerap Rp 1,6 triliun. Sebanyak Rp 400 miliar dianggarkan untuk PLTU Sumsel 8, sebanyak Rp 600 miliar untuk pengembangan jalur kereta api secara keseluruhan, dan sisanya merupakan perawatan rutin.
“Kami ada proyek hilirisasi waktu itu. Hilirisasinya kan kami jalankan dengan skema yang berbeda sehingga tidak terealisasikan pada 2019,” sambung Mega.
Arviyan mengatakan, nilai investasi proyek hilirisasi (gasifikasi) di Tanjung Enim akan menelan biaya sekitar US$ 2,1 miliar - US$ 2,2 miliar. Proyek ini melibatkan tiga pihak, PTBA sebagai penyedia batubara, PT Pertamina sebagai pembeli, dan Air Product selaku investor.
Baca Juga: Ada kesepakatan harga, proyek DME batubara Bukit Asam (PTBA) diteken bulan ini
Proyek gasifikasi ini nantinya bisa dimiliki oleh PTBA setelah 20 tahun dengan skema bangun guna serah atau build operate transfer (BOT). “Kami memiliki opsi memiliki saham setelah memastikan pabriknya sudah berjalan (beroperasi),” pungkas Arviyan.
Adapun pembangunan dari proyek ini akan dilakukan pada kuartal I-2021 atau secepatnya pada tahun ini. Dengan estimasi pembangunan 42 bulan, proyek ini akan beroperasi pada 2024 mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News