Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Commonwealth Bank menyebutkan pasar Indonesia masih lebih kuat dibandingkan pasar Asia di tengah keadaan ekonomi dunia yang menunjukkan tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Saat ini dunia sedang menghadapi perlambatan ekonomi global yang disebabkan oleh adanya perang dagang antara Amerika dan China. Dari berbagai data yang rilis menunjukkan adanya penurunan jumlah ekspor di Amerika yang juga disertai melambatnya pertumbuhan ekonomi di China dan Eropa.
Akibat adanya sentimen ini mengubah sikap investor dalam berinvestasi. Investor saat ini cenderung bersikap wait and see bahkan memindahkan portofolio ke instrumen investasi yang lebih aman.
Meskipun ekonomi global menunjukkan perlambatan, pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan laporan Q2 2019 tercatat masih berada di atas 5% yang disertai oleh peningkatan konsumsi rumah tangga.
Dengan keadaan ekonomi yang masih menunjukkan prospek positif, Commonwealth Bank melihat instrumen investasi reksadana saham masih menjadi pilihan yang paling menarik ketimbang instrumen investasi lainnya.
Baca Juga: Bunga Bank Commonwealth tertinggi, ini update bunga deposito bank akhir pekan ini
Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Agustus lebih kuat ketimbang pasar saham Amerika Serikat (AS) dan pasar saham Asia Pasifik. Tercatat, IHSG kinerjanya turun 0,97%, sementara idneks S&P 500 turun 1,18% dan FTSE turun 2,11%. Dengan adanya data ini menujukan bahwa Indonesia masih relatif kebal terhadap sentimen dan dampak perang dagang.
Hal inilah yang kemudian menjadi alasan Commonwealth Bank masih merekomendasikan instrumen investasi reksadana saham sebagai pilihan investasi.
“Hingga akhir tahun 2019, kami masih lebih positif di kelas aset saham, dengan pertimbangan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi global akan menjadi salah satu alasan dana asing kembali masuk ke Indonesia, sebagai negara berkembang memiliki potensi pertumbuhan ekonomi lebih baik dibandingkan dengan negara maju,” jelas Head of Wealth Management & Client Growth Commonwealth Bank Ivan Jaya, Kamis (12/9).
“Selain itu faktor penting lainnya adalah dengan terpilihnya presiden baru, dan juga pemindahan ibu kota baru, maka umumnya akan ada misi pembangunan baru yang juga akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Sehingga, untuk nasabah dengan profil risiko growth masih dapat mempertahankan alokasi saham sebesar 70% di dalam portofolio,” tambahnya.
Baca Juga: OJK awasi reksadana investor tunggal, ini tanggapan manajer investasi
Bekerjasama dengan Sucor Asset Management sejak bulan lalu, Commonwealth Bank turut melakukan distribusi atas jenis reksadana ini yang diberikan nama Sucorinvest Equity Fund. Prospek dari jenis reksadana ini disebutkan dapat memberikan imbal hasil sebesar 79,27%.
“Oleh karena itu, kami memutuskan memulai kerja sama dalam mendistribusikan reksadana di bawah kelolaan Sucorinvest Asset Management yaitu Sucorinvest Equity Fund di mana secara kinerja produk ini memberikan imbal hasil sebesar 79,27% dalam 3 tahun terakhir, sementara tolok ukur IHSG memberikan imbal hasil sebesar 26,75% (data per Juni 2019),” jelas Ivan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News