Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) kian gencar mengembangkan bisnis secara anorganik. Melalui entitas anak, PT Saka Energi Indonesia (SEI), PGAS mengakuisisi 36% hak partisipasi Blok Shale Gas di Fasken, Amerika Serikat, milik Swift Energy Company.
Kesepakatan jual beli tersebut diteken pada 1 Januari 2014. Jika tak ada aral melintang, penyelesaian transaksi senilai US$ 175 juta itu akan dilakukan pada 30 Juni 2014.
Akuisisi ini merupakan yang kedua kali dilakukan PGAS dalam tahun ini. Pada Januari 2014 lalu, PGAS juga sudah resmi mengakuisisi 75% saham Blok Ujung Pangkah senilai US$ 650 juta dari PT Hess Indonesia.
Langkah ini menjadikan PGAS sebagai penguasa tunggal Blok Ujung Pangkah. Sebelumnya, PGAS sudah menguasai 25% saham Blok Ujung Pangkah hasil akuisisi dari Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company KSC (Kupfec).
Reza Nugraha, analis MNC Securities bilang, strategi akuisisi diperlukan untuk memperkuat sektor hulu PGAS. Emiten plat merah itu perlu mengamankan pasokan seiring kian tingginya permintaan gas di dalam negeri.
Manajemen PGAS bilang, strategi Saka Energi mengakuisisi Blok Shale Gas Fasken memiliki tujuan jangka panjang. Yaitu, mengamankan ketersediaan energi gas bagi Indonesia. Jadi, jika Pemerintah Amerika Serikat kelar membangun pabrik liquefied natural gas (LNG) pada 2018 nanti, Saka Energi siap memasok LNG dari Blok Shale Gas Fasken ke Indonesia.
Namun, keinginan PGAS memasok LNG dari Fasken ke Indonesia tentunya memerlukan persetujuan Pemerintah Amerika Serikat. "Ini yang perlu dipastikan oleh PGAS, bahwa blok yang diakuisisi bisa digunakan untuk menutupi permintaan di domestik," kata Reza, Senin (12/5).
Sejauh ini, langkah ekspansi anorganik mulai memberikan dampak positif pada kinerja PGAS. Blok Ujung Pangkah, misalnya, sudah mulai berkontribusi penuh di tahun ini.
Fajar Indra, analis Panin Sekuritas dalam riset, 4 Maret 2014, menulis, Juli-Desember 2013, PGAS sudah meraih kontribusi pendapatan US$ 35 juta dari blok Ujung Pangkah.
Saat itu, kepemilikan PGAS baru 25%. Nah, dengan porsi saham yang sudah 100%, Fajar memprediksikan, kontribusi Ujung Pangkah tahun ini bisa US$ 285 juta.
Katalis PGAS tentunya tak hanya berkutat pada sisi ekspansi anorganik. Fajar bilang, volume distribusi gas juga bisa lebih stabil lantaran PGAS memperoleh kontrak jangka pendek dari PT Pertamina EP.
Kontrak itu mencakup distribusi gas untuk Lapangan Medan dan Cirebon selama enam bulan. Dengan sokongan Blok Ujung Pangkah dan kontrak dari Pertamina EP, Fajar memprediksikan, penjualan PGAS akan naik 13,89% year-on-year (yoy) menjadi US$ 3,42 miliar di 2014.
Sementara, perolehan laba bersih PGAS di tahun ini bisa mencapai US$ 863 juta, naik tipis dari US$ 861 juta di 2013. Berdasarkan beberapa katalis itu, Fajar dan Reza tetap merekomendasikan buy saham PGAS dengan target harga masing-masing Rp 5.600 dan Rp 5.700 per saham.
Chandra Pasaribu, analis Indopremier Securities juga merekomendasikan buy dengan target harga Rp 6.350. Kemarin, harga PGAS naik 3,79% ke Rp 5.475.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News