kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.280   0,00   0,00%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Aksi profit taking bikin minyak terkapar


Kamis, 18 Agustus 2016 / 08:59 WIB
Aksi profit taking bikin minyak terkapar


Reporter: Namira Daufina, Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Usai naik tinggi, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) koreksi. Mengutip Bloomberg, Rabu (17/8) pukul 21:25 WIB kontrak harga minyak WTI pengiriman September 2016 di New York Mercantile Exchange tergerus 1,05% ke US$ 46,09 per barel. Dalam sepekan harga masih melambung 10,5%.

Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Agus Chandra mengungkapkan, adanya barging hunting terhadap dollar Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu faktor melemahnya si emas hitam. Aksi tersebut sembari menunggu hasil catatan pertemuan FOMC yang diumumkan Kamis (18/8) dini hari.

Pengganjal utama harga minyak WTI dan komoditas lainnya adalah penguatan dollar AS. "Ditambah lagi aksi profit taking terhadap harga yang reli terlampau tajam," jelas Agus, kemarin. Lagi pula, para pelaku berspekulasi bahwa stok minyak AS bertambah 300.000 barel atau lebih rendah dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

"Penambahan jumlah rig pengeboran minyak aktif AS, bisa mengarahkan pada kenaikan produksi di Negeri Paman Sam," tutur Agus.

Di tengah beragam katalis negatif yang membalut harga, Agus menduga tren bullish harga minyak WTI masih bisa berlanjut. Pasalnya, ajakan Arab Saudi kepada anggota OPEC dan negara produsen minyak lain berdiskusi mengenai supply freeze, menumbuhkan harapan akan mengeringnya pasokan global.

Ditambah lagi prediksi minyak mentah Nigeria tahun ini tidak akan lebih dari 1,5 juta barel per hari. Penyebabnya kerusakan infrastruktur akibat serangan militan. "Artinya peluang mengarah ke US$ 47 per barel terbuka hingga akhir pekan," ujar Agus.

Tergantung hasil OPEC

Analis PT Indonesia Cerdas Berjangka Suluh Adil Wicaksono mengatakan, ajakan Arab Saudi ke anggota OPEC bisa memicu harga minyak kembali perkasa. Apalagi Rusia sudah berniat ikut dalam diskusi pembekuan produksi. Sementara kenaikan cadangan minyak AS menjadi salah satu alasan pelaku pasar melakukan aksi profit taking.

Suluh masih optimistis, hingga pertemuan OPEC bulan depan, harga minyak terjaga di atas US$ 40 per barel. Setelah itu, jika kebijakaan pembekuan produksi terbukti, laju harga minyak akan semakin positif dan sebaliknya. Dari sisi permintaan, belum banyak isu yang berkembang.

Bahkan pengaruh permintaan pun tidak begitu signifikan terhadap laju minyak. Maklum, masalah oversupply masih jadi sentimen utama.

Dari sisi teknikal, Agus melihat, harga minyak bergerak di atas MA 50 yang mengindikasikan kenaikan akan berlanjut. Indikator MACD di level minus 0,2. Sementara indikator RSI overbought di level 80 dan stochastic overbought di level 97 sehingga memicu koreksi jangka pendek.

Nantinya jika hasil pertemuan FOMC negatif dan kenaikan stok minyak AS benar mengempis, Agus menduga, harga minyak Kamis (18/8) unggul, jika tidak, diduga terjadi koreksi terbatas. Pergerakan hari ini di kisaran US$ 44,5-US$ 47 per barel. Sementara Suluh memprediksi, dalam sepekan minyak bergerak di rentang US$ 42- US$ 47 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×