Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TOKYO. Bursa Asia merosot pada transaksi perdagangan pagi ini (11/12). Data Bloomberg menunjukkan, bursa Jepang mengalami tekanan terbesar di kawasan regional.
Pada pukul 09.11 waktu Tokyo, indeks Topix tergerus 1,5%. Sementara, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 1,1%.
Ada beberapa pemicu yang menyebabkan bursa Asia melorot. Pertama, aksi jual yang melanda pasar saham global. Asal tahu saja, malam tadi, indeks Dow Jones Industrial Average, misalnya, mengalami hari terburuk sejak 9 Oktober lalu. Indeks acuan AS ini jatuh lebih dari 280 poin sebelum akhirnya ditutup dengan penurunan 270 poin atau 1,5% menjadi 17.533,15.
Sementara itu, indeks S&P 500 turun 1,64% menjadi 2.026,14. Sektor energi menjadi sektor penggerus terbesar bagi indeks S&P 500 dengan penurunan mencapai 3% pada satu jam jelang penutupan pasar.
Kedua, pelemahan dollar AS setelah harga minyak dunia merosot ke level terendah baru dalam lima tahun terakhir. Data Reuters menunjukkan, harga kontrak minyak WTI untuk pengantaran Januari turun 4,5% menjadi US$ 60,94 per barel. Ini merupakan level terendahnya sejak Juli 2009. Sementara, harga kontrak minyak Brent turun nyaris US$ 3 menjadi US$ 64 per barel, setelah sebelumnya menyentuh level US$ 60,63. Level ini belum pernah tersentuh sejak 16 Juli 2009 lalu.
"Pasar saham menurun mengingat tingginya harga pasar saham saat ini. Selain itu, ada pula kecemasan mengenai China dan Yunani. Sepertinya penurunan sekarang lebih disebabkan oleh aksi profit taking," jelas Nader Naemi, head of dynamic asset allocation AMP Capital Investors Ltd.
Dia menambahkan, dalam jangka panjang, akan terjadi penurunan ekspektasi inflasi yang akan berujung pada dampak stimulus global. "Tahun depan, pasar saham akan lebih volatil dari tahun 2114," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News