Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten emas rajin memoles prospek bisnisnya melalui strategi ekspansi dan menambah jumlah cadangan. Bersamaan dengan itu, para emiten ingin mendongkrak penjualan di tengah momentum tren harga komoditas emas yang masih tinggi.
Laju harga emas dunia sempat menembus level US$ 2.500 per ons troi, sebelum melandai ke posisi US$ 2.487 per ons troi pada akhir pekan lalu. Sedangkan harga logam mulia di dalam negeri masih berada di atas Rp 1,4 juta per gram.
Emiten emas seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) alias Antam memanfaatkan momentum ini untuk menggenjot penjualan. Sekretaris Perusahaan Antam Syarif Faisal Alkadrie mengungkapkan pada tahun ini ANTM mengejar target penjualan 37 ton emas. Meningkat sekitar 30% dibandingkan realiasi penjualan tahun 2023.
Hingga semester I-2024, ANTM mencatatkan penjualan produk emas sebesar 16 ton, atau naik sekitar 18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY). Kenaikan volume terjadi ketika harga jual rata-rata di semester pertama menanjak 14% (YoY).
"Kenaikan harga emas saat ini memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. Tren kenaikan permintaan pasar yang kuat di tiga bulan terakhir ini berkontribusi signifikan terhadap akumulasi penjualan emas," kata Faisal kepada Kontan.co.id, Jumat (6/9).
Baca Juga: JP Morgan Prediksi IHSG Akhir 2024 Rekor Tertinggi, Agar Cuan Beli Saham Sektor Ini
Di tengah momentum tersebut, ANTM sedang memperkuat bahan baku emas untuk produk logam mulia. ANTM menjajaki peluang sourcing emas domestik yang kompetitif, termasuk dari Freeport Indonesia, yang sama-sama menjadi bagian dari holding tambang BUMN, Mind Id.
Namun Faisal belum membeberkan rencana transaksi dan besaran volume pasokan emas tersebut. "Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan modal kerja, serta mengurangi risiko valuta asing," imbuh Faisal.
PT United Tractors Tbk (UNTR) tak mau ketinggalan untuk menggenjot kontribusi dari komoditas emas. Emiten dari Grup Astra ini membidik penjualan emas sekitar 235.000 ons pada tahun 2024.
Sampai dengan Juli 2024, UNTR telah menjual emas sebanyak 128.000 ons dari PT Agincourt Resources. Penjualan emas UNTR pada semester II-2024 bakal terdongkrak oleh kontribusi dari PT Sumbawa Jutaraya (SJR) dengan estimasi volume 15.000 ons.
Sekretaris Perusahaan United Tractors Sara K. Loebis memproyeksikan SJR sudah mulai mencatatkan penjualan emas pada kuartal ketiga ini. "Harga emas yang positif tentu memberikan dampak baik bagi pendapatan UNTR," kata Sara.
Baca Juga: UNTR Mencatat Tambahan Produksi Emas
Head of Corporate Communications PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) Tom Malik juga optimistis harga emas yang sudah menembus level US$ 2.500 per troy ons akan membawa dampak positif. Saat ini, MDKA sedang ekspansi pada pengembangan Proyek Emas Pani.
Belum lama ini, MDKA telah menambah dana pembiayaan kepada PT Pani Bersama Jaya (PBJ) sampai dengan US$ 135 juta. Sehingga meningkat menjadi US$ 260 juta dari sebelumnya US$ 125 juta, untuk pengembangan Fase 1.
Adapun, PBJ merupakan induk untuk anak-anak perusahaan yang mengelola Proyek Emas Pani. Ketika mencapai fase optimum, proyek ini ditargetkan memproduksi hingga 500.000 ounce emas per tahun.
"Pengembangan Proyek Emas Pani berjalan lancar dengan target commissioning di akhir 2025 serta produksi perdana di awal 2026," ungkap Tom.
Baca Juga: Harga Komoditas Mendorong Prospek Emiten Tambang BUMN
Sementara itu, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) pada pekan ini mengumumkan kenaikan kadar dan kandungan emas dalam laporan sumber daya mineral anak usahanya, PT Citra Palu Minerals (CPM). Tambang CPM menunjukkan rata-rata kadar emas 4,9 g/t, dengan kandungan emas 4,2 juta oz emas dalam sumber daya mineral dari tambang River Reef.
Laporan yang sama juga menunjukkan tambahan kandungan emas sebesar 329.000 oz emas dari tambang Hill Reef. Kedua tambang ini berlokasi di Poboya, Palu. "Kami yakin kadar emas yang lebih tinggi dalam sumber daya mineral di Poboya akan berdampak positif terhadap kinerja," ungkap CEO & Direktur Utama BRMS Agus Projosasmito dalam siaran pers Rabu (4/9).
Emiten emas lainnya, PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) tak ketinggalan untuk menyampaikan kemajuan pada Ciemas Gold Project. Dengan harga dan pasokan sianida yang telah mulai normal, SQMI menargetkan akan mencapai kapasitas produksi sebesar 300 ton per hari pada bulan September 2024.
SQMI telah memproduksi 2.562 gram emas dore pada bulan Agustus. "Grup terus mengidentifikasi dan menangani sirkuit pemrosesannya untuk meningkatkan efisiensi, pemulihan yang efektif, dan waktu aktif yang berkelanjutan untuk mencapai target kapasitas produksinya sebesar 500 ton per hari," terang Direksi SQMI dalam keterbukaan informasi Rabu (4/9).
Baca Juga: Harga Emas Spot Rebound Rabu (4/9), Setelah Data Lowongan Pekerjaan AS yang Lemah
Rekomendasi Saham
Research Analyst Stocknow.id Emil Fajrizki mengamati outlook harga emas akan cenderung dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kebijakan suku bunga, tingkat inflasi dan tensi geopolitik global. Emil menaksir harga emas di sisa tahun 2024 masih akan terjaga di kisaran saat ini ketika emas yang masih menarik sebagai aset safe haven.
Posisi harga emas yang masih di level tinggi sekitar US$ 2.400 per ons troi-US$ 2.500 per ons troi akan memperbaiki margin keuntungan emiten. "Termasuk bagi emiten yang sedang melakukan ekspansi. Terutama untuk proyek-proyek yang mulai menghasilkan cadangan baru atau meningkatkan produksi," kata Emil kepada Kontan.co.id, Minggu (8/9).
Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menambahkan, harga emas menyimpan potensi kenaikan hingga menuju level US$ 2.600 per ons troi. Hal ini menjadi katalis positif bagi emiten emas, yang beberapa di antaranya belum membukukan kinerja optimal secara tahunan pada semester I-2024.
Baca Juga: Merdeka Copper Gold (MDKA) Memacu Produksi Komoditas Emas
Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni mengamini, prospek harga emas di sisa tahun ini masih bisa menopang perbaikan kinerja para emiten. Sebagai investasi, untuk saat ini Agung menyarankan strategi buy on weakness pada saham emiten emas yang sedang mengalami koreksi.
Agung merekomendasikan saham UNTR, ANTM, MDKA dan PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB). Senior Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Fath Aliansyah menyoroti, outlook harga komoditas juga akan dipengaruhi oleh aktivitas bank sentral di dunia yang menambah cadangan emas.
Sebagai pilihan investasi, Fath merekomendasikan saham PSAB dan UNTR. Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat pergerakan harga komoditas emas masih berada pada fase uptrend.
Selama masih mampu berada di atas US$ 2.364 sebagai area support, ada peluang kembali menguat ke rentang US$ 2.531 per ons troi-US$ 2.600 per ons troi. Herditya menyematkan rekomendasi buy on weakness untuk saham BRMS dan UNTR.
Baca Juga: Obligasi dan Emas Prospektif di Era Suku Bunga Rendah
Support untuk saham BRMS di area Rp 156 dan resistance Rp 171 untuk target harga di Rp 175-Rp 180. Kemudian, Rp 25.325 sebagai support saham UNTR dengan resistance Rp 27.775 untuk target harga Rp 28.275-Rp 29.000.
Rekomendasi berikutnya, speculative buy PSAB (support Rp 214, resistance Rp 244, target harga Rp 250-Rp 266) dan MDKA (support Rp 2.180, resistance Rp 2.380, target harga Rp 2.470 - Rp 2.570). Selanjutnya, wait and see saham ANTM dengan support di Rp 1.270 dan resistance Rp 1.365.
Ivan menyematkan rekomendasi buy saham BRMS, serta buy on weakness MDKA, ANTM dan PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA). Sedangkan Emil menjagokan saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) untuk target Rp 342 dan UNTR untuk target harga Rp 30.240 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News