Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Mengacu situs investing.com, per Rabu (7/9) pukul 14.18 WIB, harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) terangkat 0,13% dibandingkan hari sebelumnya ke level US$ 1.590,75 per metrik ton. Sepekan, harga aluminium merosot 1,54%.
Menurut Andri Hardianto, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures, hingga akhir tahun 2016, harga aluminium berpeluang melambung hingga level US$ 1.700 per metrik ton. Hal ini bakal terwujud jika perekonomian China membaik hingga pengujung tahun.
Katalis positif bersumber dari dugaan Bloomberg bahwa China akan membutuhkan tembaga sebanyak 6 juta ton hingga tahun 2018. Terlebih perusahaan aluminium China sangat agresif dalam membangun smelter .
"Tujuannya agar China tidak hanya bermain pada produk aluminium mentah saja, tapi juga sebagai pemain aluminium olahan," jelasnya.
Angin segar yang melanda Negeri Tirai Bambu akan menyokong performa logam industri. Sebab, China merupakan negara pengguna sekaligus produsen komoditas terbesar di dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News