Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) akan memulai produksi tambang emasnya. Hal ini sehubungan dengan hampir rampungnya konstruksi fasilitas produksi di Tambang Poboya, Palu.
Proyek tambang emas tersebut memiliki cadangan sekitar 3,9 juta bijih dan sumber daya sekitar 7,9 juta bijih. Produksi diperkirakan akan mencapai 100.000 ton bijih di tahun pertama dan diperkirakan meningkat menjadi 180.000 ton bijih di tahun kedua.
Baca Juga: Bumi Reosurces (BUMI) Jajaki Penambahan Kontrak Dengan PLN
Di sisi lain, BRMS juga memiliki tambang seng (zink), perak, dan timah di Dairi, Sumatra Utara yang siap beroperasi pada medio 2020.
Tak lama setelahnya, tambang tembaga dan emas BRMS di Gorontalo juga akan dimulai produksi pada semester pertama 2022. Tambang Gorontalo akan menghasilkan 600.000 ton bijih di tahun pertama operasinya dan 1 juta ton pada operasional tahun kedua (2023).
Analis Minna Padi Investama Sekuritas Andre Setiawan mengatakan, dengan dimulainya produksinya tambang emas dan tambang logam ini, maka BRMS memiliki peluang yang baik terutama untuk memanfaatkan harga komoditas emas di tengah kekhawatiran atas potensi resesi ekonomi global.
“Ketika perusahaan mulai mengerjakan ketiga asetnya, prospeknya mulai cerah,” tulis Andre Setiawan dalam riset 11 Oktober 2019.
Proyek di Palu diharapkan menjadi proyek yang pertama mulai menghasilkan pendapatan melalui emasnya. Emas sendiri dinilai menjadi komoditas andalan di saat timbulnya kekhawatiran terhadap isu resesi global.
Baca Juga: Grup Bakrie Genjot Ekspansi Tambang Emas
Di sisi lain, Tambang Gorontalo yang menghasilkan tembaga dan emas juga akan meningkatkan profitabilitas BRMS ketika tambangnya mulai beroperasi.
Namun, Andre bilang BRMS juga menghadapi risiko utama terkait dengan pengoperasian tambang ini. “Keterlambatan produksi dan volatilitas harga komoditas adalah risiko utama,” ujarnya.
Setelah gempa besar yang menerpa Palu, kegiatan penambang emas ilegal telah berhenti total. Hal ini merupakan ‘berkah tersembunyi’ bagi BRMS karena memungkinkan BRMS untuk memulai produksi lebih cepat.
Baca Juga: Bumi Resources Minerals (BRMS) bakal uji coba fasilitas produksi tambang Poboya
Per 30 Juni 2019, laba per saham BRMS sebesar US$ 0,01497 per 1.000 saham, membaik dari tahun sebelumnya yakni rugi US$ 0,1709 per 1.000 saham.
Jika dihitung dalam setahun dengan harga Rp 50 per saham, PER19F BRMS berada di 118,06x sedangkan PBV-nya sebesar 0,42x. Andre percaya ketika BRMS memulai operasi tiga proyek tambangnya, penilaian terhadap saham BRMS akan mendapatkan dorongan signifikan.
Secara year-to-date, saham BRMS masih mandek di level Rp 50 per saham. Namun sejak satu tahun ke belakang, saham BRMS telah terkoreksi 7,41%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News