Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan secara efektif melakukan penghapusan pencatatan (delisting) PT Leo Investments Tbk (ITTG) pada 23 Januari 2020. Menanggapi hal ini, manajemen ITTG mengatakan akan mematuhi keputusan BEI tersebut.
Pasalnya, saat BEI mengumumkan bahwa ITTG masuk dalam saham-saham potensi delisting pada 6 Desember 2019 lalu, manajemen telah mengirimkan surat ke BEI. Isinya adalah permintaan perpanjangan waktu serta penyampaian going concern perusahaan.
Baca Juga: IHSG diprediksi masih akan melanjutkan penguatan pada pekan depan
Akan tetapi, pada Kamis, 19 Desember 2019, BEI mengumumkan tanggal efektif delisting ITTG. "Walaupun kami ingin perpanjangan waktu, tetapi kalau Bursa memutuskan mutlak seperti itu, kami akan ikuti," ucap Direktur Utama ITTG Andrey Permana kepada Kontan.co.id, Jumat (20/12).
Meskipun begitu, ITTG menargetkan dapat mencatatkan kembali sahamnya (relisting) di BEI pada 2021 mendatang. Oleh karena itu, dalam kurun waktu tersebut, Andrey mengatakan pihaknya akan memperbaiki aspek-aspek bisnis yang menjadi perhatian BEI.
"Dengan begitu, saat kami akan mengajukan relisting, yakni satu tahun setelah delisting, prosesnya bisa lebih cepat karena kendala yang ada sudah diperbaiki," kata dia.
Baca Juga: United Tractors (UNTR) kembali revisi target penjualan alat berat tahun ini
Bisnis perusahaan ini juga akan terus berjalan walau sudah tidak tercatat di BEI. Karena berniat untuk relisting, maka perusahaan belum berencana untuk membeli kembali (buyback) saham para investor.
Perolehan pendapatan usaha
Per September 2019 ini, ITTG telah mencatatkan pendapatan usaha kembali, yakni sebesar Rp 55,73 miliar dan laba bersih Rp 20,6 miliar. Pendapatan usaha tersebut diperoleh dari kepemilikan ITTG atas 51% saham anak usaha barunya PT Sarana Instrument (SI) sejak tanggal 21 Januari 2019. ITTG melakukan penyertaan dalam 830 lembar saham baru di SI dengan nilai Rp 24,59 miliar.
Hal ini dilakukan karena anak usaha lamanya, PT Leo Resources (LR) dan PT Lion Nickel (LN) sudah tidak memberikan sumbangan pendapatan usaha selama beberapa tahun terakhir.
Oleh karena itu, ITTG melakukan divestasi atas seluruh saham kedua entitas anak lama. Dana sebesar Rp 30 miliar yang diperoleh dari divestasi ini digunakan untuk investasi pada SI dan sisanya untuk keperluan biaya restrukturisasi ITTG.
Baca Juga: Tambah modal, Fast Food Indonesia (FAST) bakal rights issue 350 juta saham
Rencana bisnis 2020
Pada tahun 2020, ITTG masih akan berfokus pada kegiatan usaha utama (core business), yakni melakukan investasi pada SI. Sebagai informasi, SI adalah distributor untuk instrumen-instrumen pabrik bagi berbagai industri. Sektor minyak dan gas (migas) masih menjadi sektor terbesar penyumbang pendapatan usaha SI dengan porsi sebesar 40% dari total perkiraan pendapatan usaha SI tahun 2020-2024.
SI juga berencana untuk merambah sektor usaha baru, yakni pengadaan Reduction Gear dan pelayanan purna jual untuk industri migas. Usaha baru tersebut ditargetkan dapat berkontribusi sebesar 4% dari total perkiraan pendapatan usaha SI tahun 2020-2024.
"Pabrik Reduction Gear yang sudah melakukan diskusi awal dengan SI adalah David Brown Santasola yang berkantor pusat di Inggris," kata Direktur Independen ITTG Yustin Rompas.
Baca Juga: IHSG terkoreksi 0,20% pada sesi I, tujuh sektoral menyeret langkah indeks
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, SI memperkirakan pertumbuhan pendapatan usaha sebesar 5% per tahun. Perkiraan total pendapatan usaha SI pada tahun 2020 adalah sebesar Rp 99 miliar dan Rp 120,33 miliar pada 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News